Lines (17/09) – Pemerintah menetapkan 9 September sebagai Hari Olahraga Nasional (Haornas), diambil dari momen bersejarah Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama tanggal 9-12 September 1948 di Solo, Jawa Tengah. Momen Haornas seyogyanya dapat menjadi pengingat bagi kita bahwa tubuh memerlukan olahraga rutin setiap hari. Terlebih dalam masa pandemi Covid-19, kita membutuhkan sistem imunitas tubuh yang baik.
Penerapan sistem Work From Home (WFH) tidak boleh membuat kita terlena untuk sedikit melakukan pergerakan tubuh yang dapat mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh. Olahraga ringan atau setidaknya aktivitas latihan fisik ringan lebih bermanfaat pada fungsi imunitas bila dibandingkan hanya melakukan aktivitas berupa duduk/tidak melakukan kegiatan apapun. Kekebalan tubuh dapat mudah ditingkatkan dengan melakukan latihan fisik atau olahraga juga istirahat serta tidur cukup.
Tim Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro (17/06) mengatakan bahwa olahraga ringan yang bisa dinilai aman dan memiliki risiko rendah, misalnya gerakan-gerakan tanpa alat, seperti senam kesegaran jasmani. Olahraga sebaiknya dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan berupa jaga jarak, tidak berkerumun, menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun.
Olahraga rutin berhubungan dengan stimulasi pertukaran sel sistem imun bawaan dan komponen antara jaringan limfoid dan darah, yang akan meningkatkan immunosurveillance terhadap patogen (Tiksnadi et al. 2020). Kekebalan atau imunitas yang terdapat pada tubuh, terdiri dari sistem imun spesifik (acquired adaptive immunity) atau kekebalan buatan dan sistem imun nonspesifik (innate immunity) atau kekebalan bawaan. Sistem imun spesifik sebagian besar muncul karena adanya aktivitas pemicu spesifik. Imunitas spesifik akan membentuk antibodi dan limfosit. Antibodi dan limfosit akan diaktivasi apabila ada agen infeksius atau toksin yang masuk ke dalam tubuh. Aktivasi dilakukan untuk menyerang agen infeksi maupun menetralkan toksin tertentu, untuk mencapai kesembuhan (Guyton dan Hall, 1996; dalam Sukendra 2015).
Praktik latihan fisik atau melakukan olahraga rutin, direkomendasikan menerapkan prinsip BBTT yaitu baik, benar, terukur dan teratur (Kemenkes RI). Baik adalah melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya, benar adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara bertahap mulai dari pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan atau peregangan, terukur adalah aktivitas fisik yang diukur intensitas dan juga waktunya, dan yang terakhir adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali dalam seminggu.
Konsep BBTT diterjemahkan dalam empat aspek yang disingkat FITT, yaitu (a) Frekuensi, latihan dilakukan 3 – 5 kali per minggu dan bila kondisi kesehatan dan kemampuan telah memungkinkan dapat ditingkatkan menjadi 5 – 7 per minggu (American College Sport Medicine, 2011), (b) Intensitas, latihan inti dilakukan dalam intensitas sedang, 50 – 70 % denyut nadi maksimal (DNM = 220 dikurangi usia anda), (c) Tipe atau jenis latihan, jenis latihan yang dilakukan terutama adalah latihan aerobik seperti jalan cepat, bersepeda, berenang, jalan di kolam renang, senam aerobik low impact, (d) Time/ waktu latihan, latihan disesuaikan dengan kemampuan setiap individu, dan dinaikkan secara bertahap hingga mencapai waktu latihan 150 menit – 300 menit per minggu dan diusahakan 30 – 60 menit per kali latihan. Bagi yang memiliki waktu yang sangat terbatas, maka waktu latihan dapat dilakukan masing-masing 10 menit sehingga terakumulasi waktu 30 – 60 menit per hari (Hadi 2020). (FF/Lines)
Comments 1