Jakarta (3/7). Banyak orang masih merasa jarak antara dirinya dan Allah begitu jauh, seolah-olah butuh perantara untuk berdoa. Padahal, dalam Al-Qur’an, Allah sendiri menegaskan kedekatan-Nya dengan hamba-hamba-Nya.
“Dalam Surat Al-Baqarah ayat 186, Allah jelas menyatakan bahwa Dia dekat. Siapa yang berdoa, Allah pasti dengar, dan Allah sendiri yang janji akan mengabulkan doa hamba-Nya,” kata KH Aceng Karimullah, Ketua Departemen Pendidikan dan Dakwah (PKD) DPP LDII dalam program Oase Hikmah yang telah diunggah LDII TV pada Senin, 6 Mei 2019.
KH Aceng menyebut ayat itu membantah pandangan sebagian orang yang meyakini harus ada perantara atau wasilah khusus dalam berdoa. “Tidak perlu perantara. Allah itu dekat, lebih dekat dari urat leher kita sendiri,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Aini, Cilandak, Jakarta Selatan.
Meski Allah membuka pintu doa selebar-lebarnya, Aceng mengingatkan ada syarat yang harus dipenuhi agar doa itu benar-benar sampai dan dikabulkan. Kuncinya adalah kepatuhan terhadap perintah Allah.
“Allah itu adil. Dia minta kita patuhi aturannya dulu. Kalau kita hidup seenaknya, berbuat maksiat terus, tapi minta doa dikabulkan, itu bukan rahmat, itu namanya istidraj,” tutur Aceng.
Istidraj, lanjutnya, adalah kondisi di mana Allah seolah-olah mengabulkan doa orang yang gemar bermaksiat, namun hakikatnya itu adalah ujian atau bentuk penguluran. Ia mengibaratkan, seperti orang memberi uang kepada pengamen bukan karena suka, tapi agar cepat pergi.
“Nabi Muhammad SAW sudah jelas memperingatkan, kalau kita dapat rezeki, doa terkabul, tapi masih terus maksiat, itu bukan tanda disayang, itu istidraj,” katanya menegaskan.
Aceng juga menyinggung pentingnya membersihkan diri dan harta dari segala yang haram sebelum memanjatkan doa. Menurut dia, banyak orang lupa bahwa penghalang terkabulnya doa bukan hanya dosa, tapi juga harta yang didapat dari cara yang tidak halal.
“Kalau kita masih makan dari yang haram, atau harta kita kotor, jangankan dikabulkan, doa itu seperti tertutup. Makanya bersihkan dulu diri dan harta, baru minta ke Allah,” ucap Aceng.
Ia menekankan, doa yang diterima Allah bukan hanya soal kata-kata atau ritual, tapi juga berkaitan erat dengan kebersihan hati, amal perbuatan, dan cara mencari nafkah. Semua itu, kata dia, bagian dari ikhtiar agar doa dikabulkan sebagai bentuk rahmat dan keberkahan, bukan sekadar diuji lewat istidraj.
“Intinya, Allah itu dekat. Kita yang sering menjauh dengan perbuatan sendiri. Kalau ingin doa dijawab, dekatkan diri lewat amal baik, jauhi maksiat, bersihkan harta, dan minta langsung ke Allah. Itu yang diajarkan Rasulullah,” tutup Aceng.