sekitar Masjidil Haram.
Kepala Muasasah Wilayah Asia Tenggara di Jedah, Muhammad Zuhair Sedayu, menyatakan, tak diberikannya kuota tambahan kepada Indonesia untuk menjaga kenyamanan jamaah agar tidak terlalu berdesak-desakan saat menunaikan ibadah umroh. Zuhair menegaskan hal itu di sela-sela penyambutan kloter pertama dari embarkasi Polonia Medan yang mendarat di Bandara King Abdul Azis Jedah, Jumat (21/9) waktu Arab Saudi.
“Untuk perluasan Masjidil Haram ini, dilakukan pembongkaran 1.700 gedung dan hotel di sekitar masjid,” tandas Sedayu. Kuota haji Indonesia tahun ini mencapai 211 ribu jamaah. Dari jumlah tersebut, 194 ribu berstatus reguler, sisanya haji plus. Semula, pemerintah Indonesia berharap bisa mendapatkan kuota tambahan yang direncanakan bakal dialokasikan bagi jamaah lanjut usia.
Kerajaan Saudi tengah merancang pembangunan monorel dan jalan lingkar menuju Masjidil Haram untuk mempermudah mobilitas jamaah ke Baitullah. Di tempat yang sama, Dubes RI untuk Arab Saudi Gatot Abdullah Mansur menyatakan, hingga kini belum ada pemberitahuan resmi tentang penolakan usulan penambahan kuota Indonesia tersebut dari pemerintah Arab. Indonesia mengajukan kuota tambahan sebanyak 30 ribu. “Jawaban atas usulan tersebut akan disampaikan langsung ke Menteri Agama,” kata Gatot. Namun dia mengakui, informasi yang diterimanya sama seperti yang disampaikan oleh Zuhair Sedayu karena Kerajaan Saudi memprioritaskan kenyamanan dan keamanan jemaah.
“Mungkin dua hingga tiga tahun kedepan perluasan Masjidil Haram ini baru selesai. Jika sudah rampung, kapasitas Masjidil Haram akan bertambah, begitu juga dengan ketersediaan permukiman bagi jamaah di sekitarnya,” kata Gatot. Terkait wacana agar Indonesia membangun apartemen sendiri di sekitar Masjidil Haram, Gatot mengatakan Kerajaan tidak mengizinkan negara lain membangun apartemen yang menjadi bagian dari pembenahan apartemen dan hotel di sekitarnya. (Dep. KIM DPP LDII)