Oleh: Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Berbicara jatuh cinta, rasanya kita perlu menekuni ayat ini. Menurut hemat saya, ayat ini cukup menggambarkan keberulangan kejatuhcintaan dengan apa yang disebut targhib dan tarhib. Yaitu perasaan senang, Bahagia, penuh harap dan perasaan cemas, takut, tapi penuh rindu.
اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
“Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS Al-Anbiya:90)
Berkaca dari sini, jika masih diberi waktu, cobalah telisik kembali kenangan indah kala sedang jatuh cinta. Tidak perlu malu, jikalau dibilang puber kedua. Tidak perlu ragu, untuk mereguk kenikmatannya. Dan tidak ada tabu, kala menyingkap faktanya. Ada berkah tersendiri, tatkala mampu mengungkap rahasia dibaliknya. Bukan kenapa-kenapa, karena ada peluang untuk meraih kehidupan yang penuh dengan kekuatan dahsyat, laksana kala jatuh cinta. Maka, beruntunglah bagi mereka yang pernah mengalaminya. Jatuh cinta sungguh luar biasa. Karena suatu alasan dan sebuah peluang cerah ke depan, para penekun kehidupan kemudian berusaha untuk bisa mengulang dan mendapatkannya lagi.
Umumnya yang lama hinggap di benak orang melalui kejadian-kejadian jatuh cinta adalah sensasi-sensasinya. Yaitu perasaan-perasaan dan gejolak eksotis yang ada di dalam. Yang indah, menawan dan mendalam. Bersentuhan dengan kulit lawan jenis yang halus dan lembut, terasa sensasional. Pertama memegang tangan pasangan, membuat jantung berdebar. Melihat matanya yang dibalut senyum bisa membuat terkenang-kenang selamanya. Kata-kata pertama yang menunjukkan lawan jenis kita tertarik dan jatuh cinta pada kita, bisa menjadi satu rangkaian kalimat yang terdengar di telinga setiap masa. Memperhatikan rambut, tata krama, cara berpakaian, cara bicara lawan jenis kita, semuanya tampak pas dan sempurna. Dan pada akhirnya membuat kita seperti memiliki dunia ini berdua saja.
Jatuh cinta berjuta rasanya. Tak ada kata dan frasa yang mampu mewakili indahnya insan jatuh cinta. Seorang pujangga sekalipun masih kekurangan kata-kata. Ada rasa senang, campur mata berbinar. Ada wajah berseri, tapi tubuh bergetar. Kadang hati berdebar, jantung berdegup kencang, namun takut kehilangan. Ada gemuruh cemburu, ingin selalu bersama dan panas-dingin tak karuan. Itulah barisan kata yang coba menjelaskannya. Sayang, masih belum menyeluruh dan kurang di sana-sini. Sebab, selain perasaan-perasaan dengan sensasinya tersebut, di banyak cerita pengalaman jatuh cinta insan manusia, ditemukan kekuatan maha dahsyat yang ada di dalam diri, yang membuat badan dan jiwa ini demikian perkasanya. Seolah-olah disuruh memindahkan gunung pun rasanya bisa. Hampir tidak ada penugasan dan permintaan dari lawan jenis yang kita cintai yang tidak bisa diselesaikan. Mulut ini seperti dengan cepatnya mengobral kata; bisa!
Bermula dari pemahaman seperti inilah, dalam The Path To Love, Deepak Chopra menyebut bahwa jatuh cinta adalah sebuah kejadian spiritual. Ia tidak semata-mata bertemunya dua hati yang cocok kemudian menghasilkan jantung yang berdebar-debar. Ia adalah tanda-tanda hadirnya sebuah kekuatan yang dahsyat. Persoalannya kemudian, untuk apa kekuatan dahsyat tadi digunakan. Dan dari pengalaman ini akan menuntun siapa saja untuk menggapai jatuh cinta jenis lain yang lebih tinggi. Bukan jatuh cinta secara jasmani, kebendaan atau duniawi, tetapi jatuh cinta secara rohani sebagai kejadian spiritual. Banyak orang yang dijemput keajaiban karena kemampuan membangkitkan tenaga maha dahsyat dari jatuh cinta ini. Ketika menemukannya, kata manapun tidak bisa mewakilinya, yang ada hanya desahan: ahhhhh sempurna!
Kaum agamawan dan para penekun kehidupan menggunakan kekuatan terakhir sebagai sarana untuk bertemu Tuhan. Para usahawan, berhasil menggunakan tenaga maha besar ini untuk menekuni seluruh pekerjaannya. Kaum ibu yang mencintai keluarganya mengabdikan seluruh tenaganya untuk mencintai anak dan suaminya. Para pekerja yang menyadari kekuatan ini menggunakannya untuk bekerja mencari harta di jalan-jalan cinta.
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imron:31)
قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآنَ يَا عُمَرُ
Diriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam, beliau menuturkan, kami pernah bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu beliau menggandeng tangan Umar bin Khatthab, kemudian Umar berujar; “Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala-galanya selain diriku sendiri.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “ Tidak, demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Maka Umar berujar; ‘ Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku’. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekarang (baru benar) wahai Umar.” (HR. Al-Bukhari)
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ.
“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.” (HR Al-Bukhari)
Dalil-dalil di atas, menunjukkan jalan untuk menggapai jalan cinta dengan sesungguhnya. Yang menasbihkan seseorang bisa berkali-kali jatuh cinta di dalam kehidupannya. Bahkan setiap waktu, setiap saat. Sehari sekali atau berkali-kali. Serupa dengan pengalaman jatuh cinta jasmani, yang menyebabkan badan dan jiwa ini demikian kuat dan perkasanya, demikian juga dengan jatuh cinta secara spiritual. Ia mendamaikan, menggembirakan, mencerahkan, mengagumkan dan memabukkan sekaligus menyejukkan. Dan yang paling penting, semuanya kelihatan serba indah, manis dan sempurna. Pengin mengulang dan mengulangnya. Takut kehilangan. Dan penyesalan yang dalam jika tidak berjumpa atau melewatkannya.
عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ذَاقَ طَعْمَ الإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً
Dari Abbas bin Abdil Muththalib, bahwasanya ia mendengar Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, _“Telah merasakan lezatnya iman seseorang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)
Apa yang diajarkan Rasulullah kepada Abbas adalah mantra jatuh cinta. Tidak bisa merasakan indahnya dan dahsyatnya kecuali yang sedang jatuh cinta. Di jalan Allah dan Rasulnya. Bagi yang sudah menemukan kondisi seperti ini, maka setiap hembusan angin adalah pelukan-pelukan tangan kekasih yang amat menyentuh. Setiap suara air adalah nyanyian-nyanyian rindu penyejuk kalbu. Setiap datang terangnya siang adalah barisan harapan dan setiap turun gelap sepertiga malam adalah dekapan-dekapan cahaya syahdu pelepas rindu, sepenuh waktu yang terasa kurang dan kurang selalu. Dan tidak salah, semua itu berbalas surga.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “ مَنْ قَالَ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ ”
Dari Abu Sa’īd Al-Khudri -raḍiyallāhu ‘anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, _”Siapa yang rida kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul, maka ditetapkan baginya surga.” (HR Abu Daud).
Ahh, semoga jatuh cinta menjadi daya tarik selanjutnya.