Lebah adalah salah satu hewan yang disebut-sebut dalam Alquran. Serangga berkoloni dan penghasil madu ini memiliki keistimewaan seperti yang dijelaskan pada Surah An-Nahl ayat 68 – 69. Keistimewaan tersebut, membuat banyak peneliti penasaran tentang proses lebah membuat sarang, menghasilkan madu, alasan lebah dipimpin ratu, dan lain sebagainya.
Dipimpin oleh Seekor Ratu
Koloni lebah dipimpin oleh seekor ratu lebah, yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dari lebah pejantan dan lebah pekerja serta memiliki bau yang spesifik. Selain itu, ratu lebah memiliki sengatan yang tidak dimiliki oleh lebah pejantan. Sehingga lebah pejantan hanya bertugas saat proses perkawinan dengan ratu lebah saja.
Secara umum, ratu lebah memiliki umur panjang sekitar 3-6 tahun dan mampu bertelur 1.000 sampai 2.000 butir telur. Hal ini karena sifatnya yang fertil. Meski lebah pekerja ada juga betina, namun alat reproduksinya tidak sempurna seperti ratu lebah, sehingga lebah betina hanya bertugas untuk mencari makan, memberikan makan, menjaga sarang, membersihkan sarang, dan semua yang termasuk kebutuhan rumah tangga koloni lebah.
Sarang Heksagonal
Lebah membuat sarang dengan membentuk sel-sel heksagonal. Secara umum, sarang lebah digunakan sebagai penyimpanan kebutuhan seperti makanan, telur, larva, pupa, serta madu.
Dalam membangun sarang, koloni lebah saling bekerja sama, mulai dengan membentuk tiga atau empat sel-sel heksagonal kecil dengan titik berbeda yang saling menyambung, sehingga membentuk geometris besar.
Secara ilmiah, sarang tersebut membutuhkan perencanaan, desain, serta perhitungan secara geometri matematika dalam proses pembuatan. Namun koloni lebah, hanya dengan “ilham” yang berikan oleh Allah SWT, dapat membuat sarang yang sedemikian rupa (QS. An-Nahl ayat 68).
Menurut penelitian Cindy Novita Sari, Bambang Sri Anggoro, dan Komaruddin (2019), bahwa secara geometri, sel sarang lebah jika digabungkan akan membentuk heksagonal simetris yang tidak memiliki celah ruangan, hal ini berbeda jika sel sarang lebah berbentuk lingkaran.
Selain itu Cindy dan tim juga menjelaskan, bentuk heksagonal memiliki hasil perbandingan rasio keliling lebih kecil namun luas yang terbesar daripada bentuk lain. Hal tersebut, memungkinkan koloni memilih bentuk heksagonal untuk membuat sarang yang membutuhkan sedikit material, namun menampung kapasitas kebutuhan yang besar.
Secara matematika, sel sarang lebah yang berbentuk heksagonal ini memiliki kemiringan sudut 13 derajat dari bidang datar, sehingga membuat sarang condong ke atas dan madu tidak mudah tumpah.
Mengutip penafsiran Tantawi Jauhari seorang cendekiawan muslim Mesir, bentuk heksagonal sarang lebah memiliki beberapa penjelasan. Pertama, heksagonal termasuk bentuk paling luas dan ideal daripada lingkaran atau semi lingkaran.
Kedua, lebah memiliki bentuk tubuh yang lonjong, sehingga apabila bentuk sel sarang lebah persegi. Maka saat lebah masuk ke sel sarang masih ada ruang yang tersisa. Ketiga, apabila sel sarang lebah berbentuk lingkaran, maka saat terjadi penggabungan antar sel sarang akan terdapat titik celah di tengah. Hal ini menjadikan bentuk heksagonal merupakan bentuk teroptimal untuk sel sarang koloni lebah.
Keistimewaan lebah tidak lepas dari campur tangan Allah SWT, sebab atas kekuasaan-NYA menjadikan lebah sebagai hewan serangga yang bermanfaat dalam kehidupan. Sebab Allah SWT menciptakan makhluk hidup tentu memiliki tujuan, sebagaimana gambarannya dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Allah SWT menciptakan hewan ternak untuk kalian manfaatkan, yaitu sebagian dari hewan ternak untuk dimakan dan sebagian lagi sebagai penghangat dan beberapa manfaat lain” (QS. Surah An-Nahl ayat 5). (Eva/Diolah dari berbagai sumber)