Ketika Eropa masih berada pada Zaman Pertengahan setelah berakhirnya peradaban Yunani-Romawi, kalangan astronom Islam sedang sibuk mengamati ruang angkasa dari sejumlah observatorium di Samarkand (Iran), Baghdad, Damascus, Kairo, Maroko dan Cordoba, dimana para ilmuwan, filsuf, fisikawan, ahli matematika, ahli geografi dan ahli alkemi (kimia) juga sedang gencar-gencarnya melakukan riset ilmiah mereka. Mereka mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah mereka dapatkan utamanya dari Yunani kuno termasuk beberapa pengetahuan dari Mesopotamia kuno, India dan Cina kuno. Islam telah mewariskan pengetahuan itu ke benua Eropa yang diawali di abad ke-12 , melalui manuskrip versi terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Latin, yang selanjutnya mengawali perkembangan menuju revolusi sains di abad ke-16 dan abad ke-17, dengan teori-teori dan penemuan-penemuan Copernicus, Kepler, Galileo dan Newton.
Para ahli sains Islam terus menuliskan karya-karya otentik mereka sampai pertengahan abad ke-15, treutama di bidang astronomi, menciptakan meteode-metode matematika yang mengilhami Copernicus. Namun kemudian dengan bangkitnya Kerajan Ottoman, dunia sains Islam terputus dari Eropa Barat. Ahli-ahli astronomi Islam yang tidak menyadari keberadaaan ilmu pengetahuan baru yang tengah mekar di Eropa, tetap melakukan observasi mereka mengikuti model bumi sebagai pusat alam semesta yang dipercayai oleh ahli-ahli di zaman klasik.
Orang-orang terpelajar Eropa di akhir zaman pertengahan menyadari betul bahwa mereka selama ini mempelajari ilmu pengetahuan dan ilmu filsafat itu dari Islam, tetapi menjelang abad ke-17 Eropa telah melupakan hutang budinya terhadap Islam. Meskipun melalui pernyataan dari Newton yang mengatakan kalau dia berhasil melihat jauh melebihi apa yang dilihat para pendahulunya ‘dengan berdiri di atas bahu raksasa’ itu menaikkan reputasi pemikir Eropa awal dan Yunani kuno, namun Newton tidak menyebut-nyebut satu pun nama cendekiawan Arab zaman pertengahan dari siapa Eropa pertama kali belajar tentang ilmu pengetahuan.
Ahli sejarah sains modern memastikan adanya peranan penting yang dimainkan ahli-ahli sains dan filsuf Arab semasa zaman renaisans Eropa dan selama revolusi sains yang terjadi setelahnya. Namun kebanyakan tulisan-tulisan mereka merupakan karya tulis akademis yang mencakup hanya beberapa subyek tertentu saja, terutama matematika astronomi, dan tidak ada satu pun dari mereka yang menuliskan sejarah lengkap mengenai sains Islam bagi pembaca dari khalayak umum. (WD)