Pancasila dengan kelima silanya memiliki keterkaitan kuat dengan Islam. Namun, ada saja sebagian ormas Islam yang menolak Pancasila. Padahal, Pancasila memberi akses untuk membumikan semangat Islam di Indonesia.
Kelima sila Pancasila berkaitan dengan prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan,dan ketuhanan, yang kemudian dalam pembahasan dan perumusan finalnya seperti tercantum dalampembukaan UUD 1945 yang berlaku hingga sekarang. “Ideologi ini tercipta dari buah pemikiran golongan Islam dan nasionalis yang merupakan kristalisasi berbagai budaya bangsa jauh sebelum Indonesia merdeka,” ujar Ketua Departemen Pendidikan, Agama, dan Dakwah DPP LDII KH Aceng Karimullah.
Dalam hal pergaulan berbangsa dan bernegara, Islam mengedepankan ajaran toleransi dan nilai-nilai kemanusiaan kepada umatnya. Nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi juga terkandung dalam Pancasila. Selain nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi, ajaran tentang meng-esakan Tuhan, saling menghormati, kerukunan, permusyawaratan, keadilan dan lain-lain tercantum dalam Al Quran dan Al Hadits yang merupakan pedoman umat Islam.
Mengenai Pancasila, KH Aceng Karimullah menekankan jangan sampai mencampur-adukkan aqidah dengan pergaulan. Dalam hal pergaulan berbangsa dan bernegara, terkait dengan toleransi dan nilai-nilai kemanusiaan beragama, setiap individu bebas memegang keyakinannya masing-masing namun harus tetap saling menghormati dan menghargai antar umat beragama.
KH Aceng memisalkan misalkan ada seseorang yang menganggap keyakinannya paling benar. “Kita tidak perlu merasa terganggu, wong itu kan keyakinan mereka,” ujar KH Aceng. Pancasila lah, yang menjadi jembatan penengah di antara perbedaan dua keyakinan.
Islam sebagai agama mayoritas di negara Indonesia memiliki ruang untuk berkembang karena negara menjamin dan melindungi masing-masing agama dan pemeluknya bebas menjalankan syariat, setelah disepakatinya Pancasila sebagai falsafah negara. Ditambah lagi Al Quran dan Al Hadits sebagai penegas kesesuaian sila-sila dalam Pancasila dengan ajaran Islam. Kesimpulannya, Pancasila dan Islam tidak ada pertentangan, bahkan saling menjiwai. Ibarat selotip, Pancasila dan Islam merekat kuat.
Mengutip Ketua MUI Bidang Kerukunan Antar Umat Beragama, Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, Msi, memaparkan agama merupakan panutan dari sebagian besar masyarakat, khususnya agama Islam. Karena itu, Pancasila juga harus memiliki nilai-nilai agama. Kemudian ada nilai-nilai budaya lokal yang hidup dalam masyarakat. “Hal-hal semacam itu adalah implementasi dari Pancasila yang hidup di dalam masyarakat Indonesia. Maka bila mengamalkan agama dengan baik, otomatis telah mengamalkan prinsip kenegaraan, Pancasila,” ujar Slamet Effendy Yusuf.
Meski sebenarnya Pancasila adalah ideologi final dalam bersikap dan berperilaku kehidupan berbangsa dan bernegara, namun masih ada sebagian ormas Islam yang menolak Pancasila dan cenderung memunculkan sikap radikalisme dan terorisme. Ini disebabkan kurangnya pemahaman terhadap konsep kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, sebagai negara bermayoritas Islam yang aman. Islam menciptakan rasa aman dan damai melalui ajaran-ajarannya dalam Al Quran dan Al Hadits dan sudah tidak diragukan lagi kebenarannya.
Berikut beberapa ayat yang menegaskan sesuainya nilai-nilai Pancasila dengan Islam.
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Mengajarkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kerukunan, toleransi,dan tidak adanya pemaksaan agama. Tercantum dalam Al Quran surat Al Ikhlas ayat 1-3, surat Al A’rafayat 59, dan surat Al Kafirun ayat 6.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Mengajarkan nilai-nilai luhur yang menempatkan kesamaan derajat manusia, hak, dan kewajiban tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan. Adanya tenggang rasa dan saling hormat menghormati antar sesama. Tercantum dalam Al Qur’an surat Al Hujurot ayat 13, surat An Nisa ayat 135, surat Al Maidah ayat 8, dan surat Al Isro ayat 70.
Persatuan Indonesia.
Terdapat nilai-nilai persatuan, kesatuan, rela berkorban untuk kepentingan umum serta patriotisme. Disebutkan dalam surat Ali Imron ayat 92 dan 103, dan surat Al Hasyr ayat 9.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Mengajarkan berharganya nilai musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan semangat kekeluargaan, menghormati pendapat orang lain serta hasil keputusan, dan melaksanakan hasil musyawarah dengan tanggung jawab. Nilai-nilai ini selaras dengan surat Ali Imron ayat 159, surat Yaasin ayat 35, surat Asy Syuroo ayat 38, dan surat Al Isro’ ayat 36.
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sikap gotong royong, kekeluargaan, berbuat adil pada sesama, setia kawan, dan bekerja keras merupakan implementasi yang terkandung dalam sila kelima ini. Tercantum dalam surat Al Baqoroh ayat 177, Al Maidah ayat 2, Al Isro’ ayat 29, dan Ma’arij ayat 24-25.
Melaksanakan nilai-nilai Pancasila adalah sebuah keharusan karena relevan dengan ajaran Islam. Jadi, Pancasila bukan hanya wacana yang dipandang sebagai sejarah bangsa, namun sampai kapan pun adalah pedoman berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia yang perlu dihidup-hidupkan. Islam dan Pancasila, “selotip” pencipta cinta damai negara dan bangsa. (Noni)