Oleh: Faizunal A. Abdillah; Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Lega rasanya, ketika memulai pagi dengan beberapa rutinitas yang tuntas. Baca quran sudah, walau tidak banyak. Cukup 100 ayat. Doa pagi sore pun rampung. Ditambah hitungan-hitungan yang 13 macam. Sedekah juga usai. Tak ketinggalan mendendangkan sholawat dengan ceria. Dan melengkapi minggu pagi yang cerah ini, seorang sahabat berbaik hati mengirimkan sebuah cerita yang indah menggugah.
Konon, di Afrika, ada teknik berburu monyet yang unik. Si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup tanpa cedera sedikitpun. Tanpa senjata tajam, tanpa peluru. Caranya sederhana saja, si pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang & sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma. Tujuannya untuk mengundang monyet-monyet itu datang, turun dari pepohonan. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup. Para pemburu biasa melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tinggal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol, tak bisa dikeluarkan.
Kok, bisa? Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya. Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana.
Sebagian orang yang belum tersentuh hatinya, akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet tadi. Ya, nafsu terhadap kacang telah membiusnya. Tapi, sadarkah kita bahwa sebenarnya banyak dari manusia yang mungkin sedang menertawakan diri mereka sendiri? Ya, kadang manusia bersikap setali tiga uang dengan monyet-monyet itu. Manusia menggenggam erat dunia dan setiap urusan yang menyangkut dunia ini, persis monyet menggenggam kacang. Hanya memuaskan nafsu memiliki, melupakan keselamatan. Menyambung kisah monyet ini, saya diingatkan kembali dengan kisah serigala dan domba sebagai timbangannya berikut ini:
عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
Dari Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh ﷺ bersabda, “Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” (HR. At-Tirmidzi).
Selain masalah rakus dan tamak terhadap dunia, kebanyakan manusia juga masih sering menyimpan penyakit dendam, amarah, sakit hati, tak mudah memberi maaf, tak mudah mengampuni. Mulut mungkin berkata ikhlas, secara fisik bergaul bebas erat, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Sayang, tak bisa lepas. Bahkan tak sadar bertindak begitu bodoh, membawa “toples-toples” itu ke mana pun pergi. Dengan beban berat itu, manusia berusaha untuk terus berjalan sampai tujuan. Bersyukur jikalau sampai, kebanyakan tumbang di tengah jalan. Terperangkap toples-toples penyakit, manisnya dunia dan hijaunya tipu daya dunia lainnya. Nabi ﷺ bersabda:
لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْيَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَاب
“Seandainya sesungguhnya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah.’ Kemudian Allâh mengampuni orang yang bertaubat.” (HR At-Tirmidzi).
Manusia harus bisa mengerem diri. Menyambung cerita monyet tersebut, sederhananya sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat, jika mau membuka genggaman tangannya. Analoginya, manusia pun akan juga selamat, jika mau melepas semua perasaan negatif, sakit hati, dendam, kegelisahan, ketamakan, kerakusan, memaafkan terhadap siapapun dan menyerahkan semua kepada Yang Punya Perkara. Dan menatap esok dengan langkah ringan, penuh kesabaran serta gegap keyakinan. Layaknya seperti ini, dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: kami mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.
Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah, hina (tidak bernilai di hadapannya).“ (HR. Ibnu Majah).
Dan percayalah, selama masih datang pagi yang cerah dan indah, tentu masih ada kesempatan untuk berbenah. Mari jadikan hari-hari kita ke depan penuh harapan dan kebarokahan. Semoga kisah cerita monyet di atas, jadi pembelajaran yang mendalam.
Nice
Alhamdulillahhijazahumulllohukhoiro
Cerminan diri kita apa adanya,tanpa rasa ego.
Semoga sehat dan sukses selalu..di nanti nasehat2 berikutnya..
الحمد لله جزاك الله خيرا