LDII menggelar berbagai kegiatan untuk mendorong wanita berdaya. Salah satunya seminar keputrian yang dilaksanakan DPD Jakarta Selatan.
Dengan memberikan ketrampilan dan pengetahuan kepada para wanita, LDII ingin membentuk wanita Islam yang berdaya, yakni seorang perempuan yang dapat secara optimal memfungsikan segala potensinya baik potensi fisiologis (fisik), psikologis (emosi), kognisi (pengetahuan/akal) dan kefahaman agamanya (spiritual) baik dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat.
Walhasil pameo “Di balik seorang pemimpin yang besar, ada seorang perempuan yang hebat” bisa terwujud. Ungkapan itu membuktikan betapa besar peranan perempuan baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat. Selain itu, dukungan perempuan juga sangat menentukan baik buruknya kehidupan keluarga atau masyarakat.
Hal itulah yang mendorong Yayasan Bina Insan Mulia, DPD LDII Jakarta Selatan, pada Minggu (8/6) membekali wanita LDII dengan seminar dan workshop yang diikuti para wanita mulai usia di atas 16 tahun sampai wanita yang telah menikah – dengan usia pernikahan 0-30 tahun. Dengan jumlah kurang lebih 300 peserta, seminar yang dimulai pukul 09.00 WIB bertema “Pengembangan Diri & Peran Wanita dalam Keluarga” ini mendapat sambutan antusias dari peserta.
Drs. Edi Rachman, M.Kes, selaku pembicara mengatakan bahwa perempuan dalam keluarga tidak hanya sebagai objek penderita yang bersifat pasif atau acuh tak acuh kepada segala keadaan yang menimpa dirinya, keluarganya atau bahkan terhadap masyarakat lingkungannya, melainkan juga sebagai subjek yang harus ikut serta dan bertanggung jawab atas terwujudnya keharmonisan rumah tangga dan ketertiban dalam masyarakat.
Edi menambahkan, perempuan perlu memiliki beberapa kemampuan yang dapat berguna untuk diri dan keluarga, antara lain kemampuan untuk mentaati suami dan menjaga kehormatan diri dan suami, kemampuan untuk memahami reproduksi yang berkaitan dengan kelahiran, perawatan dan pendidikan anak serta mensosialisasikannya, dan juga kemampuan memahami dunia perekonomian yang Islami, sehingga mampu bergerak dalam rangka mencari nafkah untuk menopang keluarga melalui upaya-upaya ekonomi produktif.
Setelah menyampaikan materi, Edi Rachman meminta peserta untuk berdiskusi secara berkelompok dan menyelesaikan masalah mengenai peran wanita dalam keluarga. Selain membicarakan peran wanita dalam keluarga, peserta juga diberikan ilmu tentang cara menggunakan busana muslimah yang syar’i oleh Hj. Retno Utari.
Sebagai wanita muslimah seutuhnya, tidak hanya berusaha memiliki akhlak yang cantik, namun juga wajib berpenampilan muslimah yang baik, di antaranya berpakaian yang longgar sehingga tidak membentuk lekuk tubuh dan melembreh-kan jilbab sampai menutup dada.
Di sesi terakhir, Hj. Marsi Kundori selaku Ketua Panitia mengajak peserta untuk sama-sama mewujudkan ekonomi produktif dengan mengembangkan kreativitas yang dimiliki oleh wanita, salah satunya adalah workshop membuat bros dengan bahan daur ulang, seperti bungkus plastik makanan ringan, bungkus plastik kopi, dan sejenisnya.
Langkah yang dilakukan sangat mudah, dengan menjahit lima potong sampah plastik makanan yang sudah dibersihkan membentuk setengah lingkaran, yang dilipat sebelumnya seperti teknik melipat kipas. Lalu, ujung benang dari kedua sisi depan dan belakang diikat kencang setelah potongan sampah plastik dijahit (disambungkan), sehingga membentuk bunga dengan lima kelopak. Lakukan hal yang sama dengan gambar sampah plastik yang berbeda sehinggaa didapat dua bunga. Tempelkan kedua bunga dengan lem, lalu beri mote untuk mempercantik bros bunga tersebut.
Dengan diadakannya seminar ini, Marsi yang juga pengurus Yayasan Bina Insan Mulia bidang Pemberdayaan Perempuan Sholihah, berharap wanita LDII yang sudah berumah tangga semakin paham dengan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai istri.
Sedangkan untuk yang belum menikah, Marsi berharap seminar ini menjadi bekal di masa depan sebagai seorang istri. Selain mengurus rumah tangga, istri dapat berperan dalam perekonomian keluarga dengan kreativitas yang mereka miliki.
“Untuk memunculkan kreativitas tersebut, ada tiga kunci teknologi sosial yaitu membuka pikiran (open mind), membuka hati (open heart), dan membuka tekad/keinginan (open will)”, kata Drs. Edi Rachman, M.Kes berdasarkan teori “U”, Otto Shamer. (Retno/LINES)