Jakarta (3/4). Raymond Diaz atau yang akrab disapa Diaz menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Taiwan. Di negeri meskipun umat Islam minoritas, namun tak sulit menemukan komunitas-komunitas Islam di negeri itu.
Diaz yang juga warga LDII itu, bekerja di Kota Taichung yang jaraknya sekitar 165 km dari Taipei, Ibu Kota Taiwan. Terpisah dengan keluarga tentu menyisakan rindu yang berat, apalagi dalam suasana Ramadan.
Pria asal Surabaya ini menyiasati rasa rindunya kepada kampung halaman, dengan melakukan panggilan suara maupun video melalui telepon selular. “Meskipun jauh dengan keluarga di tanah air, namun komunikasi tetap berjalan dengan lancar, karena itu menjadi obat rindu ketika jauh dari keluarga,” ungkap Diaz.
“Selain itu pada hari libur kerja, saya menyempatkan berkunjung ke wisma berkumpul bersama komunitas Association of Promotion Islamic Culture Taiwan (apic.tw) untuk buka bersama dengan menu masakan khas
Indonesia. Kemudian, menjalankan salat dan sahur bersama. “Kami saling bertukar cerita mengenai pekerjaan dan sebagainya. Kebersamaan inilah yang juga menjadi obat rindu terhadap kampung halaman, ” cerita Diaz.
Hal ini juga berlaku ketika Idul Fitri datang, para WNI berkumpul bersama setelah salat Ied, saling bermaaf-maafan, dan bersantap dengan menu khas Indonesia, “Namun, adakalanya saya melaksanakan salat Ied di tempat kerja,” ungkapnya
Taiwan yang beriklim subtropis dengan empat musim, memiliki tantangan tersendiri bagi mereka yang berpuasa, “Alhamdulillah bulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan musim semi, sehingga kami tidak terganggu dengan perubahan suhu yang signifikan dan tetap menjalankan ibadah puasa,” kata Diaz.
Ia bercerita selama berpuasa tidak mengalami kendala yang berarti. Hanya saja,di Taiwan sulit melaksanakan salat tepat waktu saat jam kerja. “Tentunya ini membuat saya harus memanfaatkan jam waktu istirahat untuk melaksanakan salat, tanpa sepengetahuan atasan,” ujar Diaz.
Menetap di luar negeri bukan hal yang baru bagi Diaz. Sebelumnya ia pernah tinggal di Jepang selama dari 2016 hingga 2019. Diaz menginjakkan kaki pertama kali di Taiwan pada 26 Oktober 2022. Walhasil, ia sudah terbiasa berpuasa di negeri seberang.
Ia mengungkapkan umat Islam masih sedikit di Taiwan. Selain itu hubungan Indonesia dengan negara tersebut tergolong unik, karena tidak memiliki hubungan diplomatik, karena Indonesia menganut “Kebijakan Satu China” (One China Policy).
“Meskipun begitu kerja sama antara Indonesia dan Taiwan tergolong baik, terbukti dengan warga lokal Taiwan memiliki toleransi dalam beribadah,” ungkapnya.
“Selain itu, di Taiwan sudah banyak toko, supermarket, restoran atau rumah makan yang menyediakan bahan makanan, camilan, masakan yang bersertifikat halal bahkan ada produk-produk dari Indonesia,” kata Diaz.
Menurutnya, perbedaan waktu dan jarak tidak menjadi rintangan untuk beribadah di bulan penuh berkah dengan penuh semangat, “Seperti saya yang tetap menjalankan ibadah puasa, bekerja, serta mengaji melalui sambungan Zoom setiap malam hari. Sebagai upaya agar ibadah dan aktivitas sehari-hari berjalan secara lancar, tertib, dan juga konsisten,” kata Diaz.
Ia berharap untuk generasi muda LDII di manapun berada tetap berusaha menerapkan rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah, mujhid muzhid, “Supaya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana kita tinggal. Dan mempersungguh beribadah kepada Allah, memperbanyak amalan-amalan kebaikan,” ujar Diaz
“Dalam bergaul, pilihlah teman bergaul yang baik agar terjaga keimanan kita dan tidak sampai terpengaruh dengan hal-hal yg menyebabkan dosa. Karena di luar negeri pengaruh untuk berbuat maksiat dan mengkonsumsi makanan non halal sangatlah mudah,” pungkasnya.
Alhamdulillah semoga Alloh paring manfaat dan barokah Aamiin