Jakarta (28/11). Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII melakukan pemeriksaan Hemoglobin (Hb) sekaligus “Seminar Cegah Stunting” pada para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Minhaajurrosyidiin dan Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Minhaajurrosyidiin (STAIMI), pada Sabtu (26/11).
Perhelatan ini dilaksanakan di Aula Ponpes Minhaajurrosyidiin, bekerja sama dengan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) dan RSIA Sayyidah. DPP LDII berupaya mendukung program pemerintah untuk mencegah stunting. Aksi bersama ini mengangkat tema “Cegah Stunting Kenali Penyebabnya”.
Ketua Departemen PPKK DPP LDII, Srie Tresnahati menyampaikan bahwa upaya pencegahan stunting merupakan sebuah proses yang panjang. Tidak hanya calon ibu dan orang tua, remaja juga bisa menjadi penyebab keturunan mengalami stunting. “Untuk peningkatan wawasan kesehatan, santri pondok Minhaajurrosyidiin dan mahasiswi STAIMI perlu sekali mendapatkan edukasinya. Untuk itu, DPP LDII mengambil aksi bersama ini sebagai langkah awal pencegahan,” ungkap Srie.
Penyebab Terjadinya Stunting Sangat dipengaruhi oleh Status Kesehatan Remaja. Direktur IIDI, Soetarti Eko Prasetyaningsih menjelaskan, remaja rentan mempunyai keturunan stunting karena melakukan diet yang tidak seimbang, serta tidak dapat menjaga pola makan. “Kalau dia mempunyai pola hidup yang salah dan berkelanjutan. Maka keturunannya akan kecenderungan diasuh dengan pola hidup yang salah, sehingga bisa mengalami kekurangan gizi. Apabila itu terjadi sejak 1.000 hari pertama kelahiran dan terus berkelanjutan, bisa menyebabkan stunting,” ujarnya.
Untuk itu, sebagai upaya pencegahan awal untuk para remaja adalah dengan mengubah pola hidup yang salah menjadi pola hidup yang lebih sehat. “Remaja harus mengerti bagaimana menjaga kesehatan. Mulai dari kesehatan reproduksi, mencukupi kebutuhan gizi, dan rajin memeriksa kesehatan,” ucapnya.
Tak hanya itu, ia juga menjelaskan, perbedaan stunting dengan gizi buruk. Stunting terjadi akibat dampak dari kekurangan gizi dalam waktu yang lama, sehingga mengganggu pertumbuhan si anak. Diantaranya menyebabkan anak memiliki IQ yang rendah, badannya jadi lebih pendek, serta jadi gampang sakit. Terlebih, stunting merupakan penyakit yang apabila sudah terjadi maka tidak bisa disembuhkan. “Meskipun sudah terjadi stunting, gizinya anak tetap bisa diperbaiki. Begitu pula dengan kecerdasan lainnya seperti kecerdasan sosial, emosi dan spiritual,” pungkasnya.
Tak hanya dengan screening dan edukasi kepada santri dan mahasiswi, webinar sosialisasi dan permasalahan stunting juga menjadi rangkaian kegiatan sosialisasi Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang juga dilaksanakan di tempat yang sama. “Upaya DPP LDII untuk mencegah stunting adalah dengan aksi bersama, untuk itu perlu melibatkan banyak lembaga untuk mendukung stunting seperti BKKBN, Kemenkes dan KKP,” jelas Srie
Program Cegah Stunting Kenali Penyebabnya termasuk dalam kegiatan yang sudah direncanakan pada saat DPP LDII silaturahim dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang membahas pencegahan stunting pada awal november kemarin. (DR/NK)