Dalam beribadah, selain jelas ilmunya juga harus jelas pula petunjuk pelaksanaannya, sebagaimana yang dikatakan para sahabat tentang diri Nabi Muhammad SAW berikut ini:
Sesunguhnya Nabi meramut kami dengan ilmu dan nashihat (Alhadist).
Ada kalanya, ilmu itu hanya bersifat pengetahuan. Artinya hanya sebuah wacana, tidak perlu dipraktekkan, hanya memperkaya batin dan memperkuat keyakinan dan keimanan kita. Contohnya seperti sifat sifat Allah, adanya pahala, dosa dan lainnya. Namun ada kalanya ilmu itu bersifat praktek. Artinya hidupnya ilmu itu dengan praktek, ada penjelasan khusus yang menyertai ilmu itu dalam penyampaiannya. Contohnya seperti sholat, wudhu, tayamum, perang, puasa dan lain sebagainya. Nah, apa jadinya jika ilmu itu salah dipraktekkan? Masya Allah, selain rugi besar juga bisa menyebabkan hal-hal yang merugikan, membahayakan bahkan sampai pada kematian.
Dalam kehidupan ini, ada contoh nyata yang bisa kita ambil hikmahnya dalam memahami dan menekuni cara ibadah kita. Apa itu ? Mandiin bayi dan bikin kopi. Jika seorang ibu ingin memandikan bayinya, jika salah meramu bisa bisa bayinya yang sekarat bukan jadi sehat. Pertama tanta adalah mencampur air panas dengan air dingin di dalam sebuah ember/bak mandi, sehingga jadi air hangat. Kemudian baru memasukkan bayi itu ke dalam ember/bak untuk dimandikan, disabun dan bersih hasilnya. Bayi pun segar dan sehat. Namun, jika bayinya ditaruh duluan di dalam ember kemudian disiram air dingin, disabun, dan terakhir disiram dengan air panas, hancurlah jadinya. Bayi akan melepuh dan meronta-ronta kesakitan.
Beda dengan bikin kopi. Seorang ibu jika ingin bikin kopi, yang mana saja yang duluan hasilnya tetap akan sama, yaitu segelas kopi. Gula dan kopi dimasukkan dalam gelas, kemudian dituang air panas dan diaduk, jadi segelas kopi. Kopi dimasukkan gelas ditambah air panas, diaduk kemudian ditambah gula juga jadi segelas kopi. Air panas dituang dalam gelas ditambahkan kopi dan gula juga akan jadi segelas kopi. Yang mana saja boleh dan hasilnya instant: segelas kopi.
Dalam beribadah kita harus tahu betul tata cara dan urutan peribadatan, termasuk prioritas dan kefadholannya, jangan sampai terbalik, simpang siur. Ingatlah apa yang difirmankan Allah dalam surat Hujurat tentang orang Arab yang menyatakan amanna kepada Nabi, namun diingatkan oleh Allah untuk mengucapkan aslamna terlebih dahulu, bukan amanna. Sebab urutan dan tata caranya seseorang itu harus islam dulu baru kemudian iman bisa masuk ke dalamnya. Tidak iman begitu. Namun ada juga cerita dirangkaian ibadah haji, antara nyembelih, lempar jumrah dan cukur boleh yang mana dulu untuk dikerjakan dan itu semuanya benar.
Jadi dalam beribadah itu ada yang harus dikerjakan secara berurutan, tidak boleh terbolak balik, namun juga ada yang bisa dikerjakan tidak berurutan dan bisa bolak¬-balik. Oleh karena itu, cermatilah betul dalam manqul, jangan sampai keliru dan ro’yu. Ingatlah selalu akibatnya antara mandiin bayi dan bikin kopi.
Oleh :Ustadz.Faizunal Abdillah