Memiliki teman banyak tentu menyenangkan. Ditambah lagi jika menyukai hal yang sama dan pemikirannya sama. Namun, apakah benar seperti demikian dalam berteman?
Ada suatu kasus nyata seseorang merasa terhina dengan candaan teman karibnya. Awalnya, mereka selalu bersama sebab memiliki hobi yang sama dan menjadi teman curhat satu sama lain. Namun, rupanya teman orang ini memiliki kebiasaan bercanda berlebihan sehingga membuat orang lain tidak nyaman. Nah, jika menemui kasus seperti ini apakah masih dikatakan ‘teman’?
Teman itu ada 3 macam:
1. Teman kepentingan (shodiqul manfaat)
Yaitu orang yang berteman untuk mendapatkan keuntungan dunia. Dia dekat karena ada suatu kepentingan. Ketika sudah tidak lagi berkepentingan, maka dia akan meninggalkan begitu saja.
2. Teman bersenang-senang (shodiqul lidzah)
Yaitu orang yang berteman karena kesamaan hobi atau kesukaan. Bisa menghilangkan kejenuhan. Teman seperti ini biasanya sulit dilepaskan, tapi harus berhati-hati sebab teman seperti ini akan banyak menyita waktu dan bisa membuat lalai.
3. Teman istimewa (shodiqul fadhilah)
Yaitu teman yang memiliki kelebihan dalam hal kebaikan atau agama, seperti ilmu agama, ahli ilmu, orang berakhlaq baik, orang yang ahli ibadah. Teman inilah yang seharusnya didekati dan dipertahankan, sebab dia akan menarik pada kebaikan dan mencegah pada kejelekan, dan ketika salah akan mengingatkan tanpa merusak kehormatan.
Rasulullah bersabda :
“Seseorang itu bergantung dengan agama teman bergaulnya, maka hendaklah salah seorang melihat siapa yang menjadi teman bergaulnya.” HR. Abu Dawud
Dalam Sahih Bukhori dijelaskan:
“Teman yang baik dan teman yang jelek, seperti tukang minyak wangi dan pandai besi. Tukang minyak wangi adakalanya dia mengolesimu atau kamu membeli darinya, atau kamu mencium bau wanginya. Sedangkan pandai besi, adakalanya membakar bajumu, atau kamu mencium bau tak sedap.”
Teman yang baik bukan hanya yang dapat membuat tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati, tapi teman yang baik adalah dia yang bisa membuat menangis karena selalu mengingatkan pada Allah SWT. Memilih dalam berteman tidak ada salahnya selagi menuju kebaikan, sebab memilih kebaikan adalah jalan menuju surga.
Namun, bukan berarti mengabaikan teman yang salah. Sebagai teman yang baik, seorang teman berkewajiban untuk mengingatkan teman tersebut. Jika seseorang tidak ingin terpengaruh, maka lebih baik berpengaruh untuk orang lain. Tentunya hubungan pertemanan seperti ini akan diridhai oleh Allah dan orang lain pun ridha berteman dengan kita. (Noni/LINES)