Kalau ada yang bilang, baik buruknya sebuah keluarga tergantung bagaimana suami mengaturnya, saya termasuk orang yang mengamini pendapat tersebut. Sebab lelaki adalah pemimpin, bukan pemimpi alias tukang tidur. Mengusahakan sandang, pangan dan papan buat keluarganya sebagai kewajiban. Tapi, menurut saya ada syarat tambahannya. Dia tidak bisa sendirian. Suami harus bisa kerja sama yang baik dengan sang istri dalam membina dan meraihnya.
Allah berfirman, ”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita).” (QS an-Nisa 34).
Dari Ibnu Umar ra., ia menuturkan, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya (bertanggung jawab) dari yang dipimpinnya. Dan seorang imam adalah pemimpin dan akan ditanya dari rukyahnya. Dan seorang suami adalah pemimpin di keluarganya dan akan ditanya dari yang dipimpinnya. Dan seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya dari apa yang dipimpinnya. Dan pembantu adalah pemimpin pada harta benda majikannya dan akan ditanya dari apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya dari apa yang dipimpinnya.” (Rowahu Bukhory dan Muslim)
Dari Tsauban ra., dia menuturkan, Tatkala turun ayat (Dan orang – orang yang menimbun emas dan perak) ia berkata, ‘Kami pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, salah seorang sahabat Nabi bertanya, ‘Ia diturunkan berkenaan dengan emas dan perak. Kalau saja kami tahu harta mana yang lebih bagus, tentu kami mengambilnya.’ Maka Rasulullah SAW bersabda, “Yang paling utamanya (melebihi emas dan perak) adalah lisan yang selalu berdzikir, hati yang selalu bersyukur dan istri yang beriman yang membantu suaminya atas keimanannya.” (Rowahu Ibnu Majah dan at-Tirmidzi)
Salah satu tugas yang harus dijalankan suami dalam meraih kebahagiaan ini adalah memberikan nasehat kepada istri. Bahkan harus sering – sering. Arang wulu kucing. Dengan irama baik, pait madu dan lemah – lembut. Papan empan adepan. Melihat situasi dan kondisi. Boleh dengan bercanda. Gaya yang ringan dan lucu. Atau waktu khusus, pas berduaan. Atau pas pergi ke peraduan. Jangan hantam kromo. Selain itu juga bisa memberikan teladan yang baik. Dari tingkah – laku, unggah – ungguh, tata krama dan uswah lainnya. Lisanul hal afshohu min lisanul maqol – contoh dan tingkah laku – (bahasa tubuh) itu lebih baik dari pada omongan (bahasa verbal).
Dari Abu Huroiroh ra. ia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Saling menasehatilah kalian mengenai perempuan, sebab perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika kamu memaksa meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu membiarkannya maka ia tetap bengkok. Maka saling menasehatilah kalian dengan perempuan.’ (Rowahu al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini merupakan hadits khusus bagi wanita karena kodrat lemahnya dan wanita membutuhkan orang yang mau mengerti urusan mereka. Artinya, terimalah pesan Nabi mengenai wanita dan laksanakanlah, serta bersabarlah dalam menghadapi mereka, bersikap lembutlah kepada mereka dan berlaku baiklah kepada para wanita.
Dari Amir bin al-Ahwash al-Jusyami ra., bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda pada waktu haji wada’ setelah memuji dan menyanjung Allah, mengingatkan dan menasehati, “Ketahuilah, saling menasihatilah kalian kepada para wanita dalam kebaikan, karena sesungguhnya mereka adalah tawanan – tawanan (tanggungan) di sisi kalian, kalian sama sekali tidak memiliki apapun dari mereka selain itu, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Maka jika mereka melakukan itu, pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Lalu jika mereka taat kepada kalian, maka jangan kalian mencari – cari jalan untuk menyusahkan mereka. Ketahuilah bahwa kalian memiliki hak atas istri kalian, dan istri kalian memiliki hak atas kalian. Hak kalian atas mereka adalah agar mereka tidak menginjakkan siapapun yang kalian tidak suka ke tempat tidur kalian, dan tidak memberikan ijin masuk ke rumah kalian siapapun orang yang tidak kalian suka. Dan ketahuilah hak mereka atas kalian adalah kalian bersikap dan berlaku baik terhadap mereka di dalam memberikan sandang dan pangan.” (Rowahu Ibnu Majah dan at-Tirmidzi, ia berkata, hadits hasan shohih)
Jadi, mari sederhanakan kerumitan ini dengan menyadari hak dan kewajiban masing – masing secara seimbang dan transparan. Saling mengisi. Niscaya kemudahan dan keindahan yang kita temukan. Semoga…!
Oleh:ustadz.Faizunal Abdillah