Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

Puasa dan Kemerdekaan

2011/08/16
in Nasehat
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Kebetulan sekali, tahun ini peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia jatuh pas di bulan puasa. Konon, 17 Agustus 1945 juga pas di bulan Ramadhan. Rasanya pas sekali di bulan ini kita sekalian bermuhasabah mencari sebentuk arti kemerdekaan buat diri ini. Sebelum lebih jauh, saya ingin berbagi. Beberapa waktu yang lalu  saya mendapat kiriman sebuah SMS lelucon terkait hari kemerdekaan RI ini.

Diceritakan, ada orang Madura ikut lomba nyanyi lagu Hari Kemerdekaan; “Enam belas Agustus tahun empat lima …”
Juri; “Salah itu … ulangi !”
“Enam belas Agustus tahun empat lima …”Juri : “Salah … kesempatan terakhir !”
Orang Madura : “Saya ndak salah pak, sampeyan dengar saya nyanyi dulu.”
Akhirnya juri serius mendengarkan.
“Enam belas Agustus tahun empat lima…BESOKNYA hari Kemerdekaan kita …”

Dari tahun ke tahun, lagu itu tak pernah lepas dari acara 17 Agustusan. Dan tahun ini adalah HUT RI yang ke 66. Kalau diibaratkan manusia, usia segitu adalah usia senja. Tinggal tunggu waktu saja. Tetapi negara bukanlah perhitungan layaknya umur manusia. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Walau keadaan saat ini, boleh dibilang negeri ini seperti layaknya manusia berusia senja. Banyak penyakit di sana – sini. Korupsi makin menjadi. Masalah tak henti – henti. Keadilan bagai benang kusut, tidak berujung – pangkal. Kemiskinan di mana – mana. Dan kemakmuran masih jauh api dari panggang. Namun tak boleh berhenti berharap dan berusaha.  

Maka tak elok, jika hanya mengenang dan memperingati hari bersejarah ini dengan hura – hura; panjat pinang, lari karung, karaoke, pecah balon dan sederet lomba lainnya. Orang bijak sering mengingatkan yang penting bagaimana mengisi dan memberi arti kemerdekaan ini dengan sebenar – benarnya. Tak lain agar negeri ini bertambah maju, bertambah makmur dan sejahtera. Apalah arti kemerdekaan, jika ternyata dia hanya sebagai ajang perebutan kekuasaan dan panggung kepongahan. Padahal dulu, cita – cita founding father kita adalah menjadikan kemerdekaan sebagai gerbang menuju masyarakat adil dan makmur. Bangsa yang mandiri, sejajar dengan bangsa – bangsa lain di dunia. Tetapi begitu gerbang itu terbuka, justru yang terjadi sebaliknya. Dan memang itu tak mudah.

Sebagai negara, kita sudah merdeka. Tetapi di bulan yang suci ini, mari tanyakanlah kembali kepada diri ini, dengan jujur, sudahkah setiap diri memiliki kemerdekaannya? Inilah yang menghambat tercapainya cita-cita kemerdekaan kita. Sebab setiap diri masih banyak yang belum merdeka. Ukurannya kekuasaan, kekayaan, kebodohan dan kejujuran. Ada model pribadi yang belum merdeka dan masih dijajah kekuasaan. Maunya berkuasa terus tidak mau turun. Maunya memerintah terus tidak mau diperintah. Bahkan berusaha bagaimana melanggengkan kekuasaannya dengan berbagai cara. Ada diri yang masih dijajah kekayaan. Selalu menumpuk kekayaan dengan berbagai cara. Gak peduli hak orang, cara halal atau haram, kalau gak direbut sekarang, nanti gak kebagian. Tidak kenal model pembagian, yang dibenak cuma model penambahan dan perkalian. Ada lagi model orang yang dijajah kebodohan. Bukannya tidak tahu tetapi suka ikut – ikutan tanpa mau berpikir sedikit; itu benar apa salah? Apakah itu baik atau jelek, bermanfaat atau tidak?  Lihatlah tawuran antar kampung. Tawuran para pelajar, tawuran para politisi, yang dipicu hal – hal sepele. Juga ada model diri yang dijajah kebohongan. Setiap hari tak henti berbohong. Ke kanan bohong, ke kiri bohong. Ke atas bohong, ke bawah juga bohong. Bahkan kalau perlu Tuhannya sekalian dibohongi. Intinya masih banyak diri yang masih dijajah hawa nafsu. Masih banyak diri yang belum memiliki kemerdekaannya. Walhasil jangankan maju, bangsa ini masih berjalan di tempat, berkutat dengan penyakit – penyakit kejiwaan yang kronis. Bertambah hari tak bertambah baik, malah kian memburuk. Bahkan siap mengancam eksistensi bangsa ini.  

Maka mumpung lagi puasa di bulan suci ini, mari terawang kembali kemerdekaan diri ini. Dalam cerita Nabi Yusuf ada pituah yang begitu legawa; ”Dan aku tidak membebaskan nafsuku, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Yusuf 53). Kita perlu evaluasi menyeluruh bagaimana kita mengelola hawa nafsu dengan berpuasa ini, untuk menemukan sebentuk model nafsu yang diberi rahmat oleh Allah. Karena di situ ada kemerdekaan. dalam cerita Nabi Yusuf, kita semua tahu dia terselamatakan dari tipu daya Siti Zulaikha karena ini.

Selain itu, juga kita bisa mengambil hikmah bagaimana sejarah Nabi Musa sebelum menerima Taurot. Di salah satu sisi Gunung Sinai, Allah mewajibkannya berpuasa. Hari demi hari tak ada teman kecuali hanya dirinya sendiri. Suara binatang, desir angin itulah teman lainnya. Dalam sepi – sunyi, Musa dipaksa mengenali diri sendiri. Dalam lapar yang dalam, Musa dipaksa untuk tetap bertahan dan terus berbuat baik tanpa melakukan kesalahan. Namun apa daya memasuki hari ke 30, kesalahan kecil dia perbuat. Tanpa sengaja dia menggosok gigi sebelum ada perintah, maka Allah menghukumnya dengan tambahan 10 hari berpuasa. Lengkaplah 40 hari 40 malam berpuasa. Tak lain guna menyempurnakan kepribadiannya. Menyucikan diri, meretas jalan mendekatkan diri kepada Allah. Tak lain dengan jalan berpuasa. Karena merasa sudah dekat, sampai – sampai Musa mengajukan permintaan untuk melihat wajah Allah di akhir prosesinya. Itulah kemerdekaan diri, yang akhirnya Allah pun mengabulkan permintaannya.

Puasa adalah jalan handal untuk mendekatkan diri kepada Allah. Puasa merupakan cara cepat memperoleh kemerdekaan diri dalam rangka pengabdian hamba kepada Sang Pencipta. Dengan puasa diri dilatih meningalkan makan, meninggalkan minum, meninggalkan nafsu yang jelek maupun yang bukan pada tempatnya. Dengan berpuasa diri dikelola secara bijak dan mulya. Karena tak ada balasan bagi orang yang berpuasa kecuali hanya Allah saja. Ketika kita sudah bisa seperti ini dalam rangka mengisi kemerdekaan ini, alangkah indahnya. Hidup tak rakus, bergaul tak sombong, hati dermawan, tindakan tak berpamrih, kejujuran sebagai alas kaki, dan amal kebaikan sebagai buah tangannya. Niscaya negeri ini akan terus bertumbuh dengan loh jinawi. Pribadi – pribadinya santun, akhlaknya agung, usahanya menerus dan kasihnya mengalun mengisi palung – palung terdalam negeri ini, sehingga tercipta baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur. Jika tidak, akan senasib dengan lagu orang madura di atas tadi.

Oleh:Ustadz.Faizunal Abdillah

Tags: kemerdekaan ldiildii

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • H.Sutarmo, S.Pd., M.Pd.I on LDII Sultra dan Dinkes Kendari Gelar Cek Kesehatan Gratis, Targetkan 500 Peserta
  • Pri Adhi joko Purnomo on Pimpinan Ponpes Minhaajurrosyidiin Hadiri Undangan Gubernur Jakarta Resmikan Gereja Paroki Kalvari
  • Pri Adhi joko Purnomo on DLH Jombang Apresiasi Ponpes Gadingmangu Wujudkan Ecopesantren
  • Pri Adhi joko Purnomo on LDII Kota Pontianak Renovasi Gedung untuk Area Sekretariat Baru
  • Pri Adhi joko Purnomo on Kesbangpol Kutim Ajak Aparatur Pemerintah dan Ormas Punya Manajemen Konflik
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Dari Australia Hingga Inggris, Diaspora Warga LDII Berbagi Cerita di Negeri Orang

Dari Australia Hingga Inggris, Diaspora Warga LDII Berbagi Cerita di Negeri Orang

October 28, 2025
LDII Pedan

LDII Ikuti Tarawih Keliling Bersama Bupati Klaten

March 29, 2024
PPG LDII Jaksel Gelar Talkshow Tingkatkan Kualitas Diri Sebelum Menikah

PPG LDII Jaksel Gelar Talkshow Tingkatkan Kualitas Diri Sebelum Menikah

July 5, 2023
Rakorda LDII Gowa Tekankan Pentingnya Sinergi Ormas dan Pemda

Rakorda LDII Gowa Tekankan Pentingnya Sinergi Ormas dan Pemda

January 31, 2025
Anak-anak Pahlawan Lingkungan Masa Depan

Anak-anak Pahlawan Lingkungan Masa Depan

0
Muswil IX LDII Jabar Perkuat Kolaborasi Menuju Jabar Istimewa dan Indonesia Emas 2045

Muswil IX LDII Jabar Perkuat Kolaborasi Menuju Jabar Istimewa dan Indonesia Emas 2045

0
Ketua LDII Jabar: Pendidikan Karakter LDII Sejalan dengan Gapura Panca Waluya Jabar

Ketua LDII Jabar: Pendidikan Karakter LDII Sejalan dengan Gapura Panca Waluya Jabar

0
LDII Perkuat Standar Jurnalistik untuk Tingkatkan Kepercayaan Publik di Era Digital

LDII Perkuat Standar Jurnalistik untuk Tingkatkan Kepercayaan Publik di Era Digital

0
Anak-anak Pahlawan Lingkungan Masa Depan

Anak-anak Pahlawan Lingkungan Masa Depan

November 16, 2025
Muswil IX LDII Jabar Perkuat Kolaborasi Menuju Jabar Istimewa dan Indonesia Emas 2045

Muswil IX LDII Jabar Perkuat Kolaborasi Menuju Jabar Istimewa dan Indonesia Emas 2045

November 15, 2025
Ketua LDII Jabar: Pendidikan Karakter LDII Sejalan dengan Gapura Panca Waluya Jabar

Ketua LDII Jabar: Pendidikan Karakter LDII Sejalan dengan Gapura Panca Waluya Jabar

November 15, 2025
LDII Perkuat Standar Jurnalistik untuk Tingkatkan Kepercayaan Publik di Era Digital

LDII Perkuat Standar Jurnalistik untuk Tingkatkan Kepercayaan Publik di Era Digital

November 15, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Anak-anak Pahlawan Lingkungan Masa Depan November 16, 2025
  • Muswil IX LDII Jabar Perkuat Kolaborasi Menuju Jabar Istimewa dan Indonesia Emas 2045 November 15, 2025
  • Ketua LDII Jabar: Pendidikan Karakter LDII Sejalan dengan Gapura Panca Waluya Jabar November 15, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.