MAKKATU AL-MUKAROMMAH – DAY 11: SAI SHOFA – MARWA
Rombongan jama’ah calon haji (JCH) warga LDII dari Bogor yang berangkat dalam Kloter 02/JKS telah menyelesaikan rangkaian kegiatan ibadah di Madinah pada tanggal 19 Oktober 2010 dan melanjutkan perjalanan ke Mekkah pada tanggal 20 Oktober 2010.
Karena akan mengambil Haji Tammatu’, sejak berangkat dari Madinah sudah berpakaian ihrom dan mengambil miqot di Bir Ali.
Kegiatan ibadah pertama yang akan dilakukan setelah sampai di Mekkah dan Masjidil Harom adalah melaksanakan rangkaian ibadah Umroh, yang terdiri atas: Thowaf untuk Umroh yang
disatukan sekaligus dengan Thowaf Khudum (satu gerakan dengan dua niat) dan dilanjutkan dengan Sai Shofa-Marwah. Untuk masalah thowaf, sudah disampaikan dalam beberapa posting sebelumnya sehingga tidak diulas lagi. Tinggal masalah Sai Shofa – Marwah yang disampaikan dalam posting kali ini.Begitu selesai thowaf (rangkaian tujuh putaran ditutup dengan sholat sunnah 2 reka’at dibelakang Maqom Ibrohim) dan seluruh JCH warga LDII berkumpul kembali di lokasi tangga – lurusnya Ka’bah dan Maqom Ibrohim, maka seluruh JCH warga LDII bersama-sama melanjutkan ke garis lurusnya Hajar Aswad untuk isyaroh ke Hajar Aswad dan bersama-sama bergerak menuju ke Bukit Shofa untuk memulai Sai Shofa-Marwah.
Saat ini yang menjadi tempat Sai dari bukit Shofa ke bukit Marwah sudah tidak lagi seperti bukit
aslinya. Tempat Sai sudah dibangun menjadi 4 tingkat (lantai dasar, lantai 1, 2, dan 3) di mana para JCH dapat melakukan Sai Shofa-Marwah. Ditambah lagi, dalam kondisi yang padat, JCH juga bisa melakukan Sai Shofa -Marwah di basement (lantai bawah tanah) dari jalur Sai. Namun demikian, kebanyakan JCH melakukan Sai Shofa-Marwah di lantai dasar. Di lantai berapa sebenarnya yang paling afdhol dalam melakukan Sai Shofa-Marwah? Wallohu a’lam. Yang jelas, pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, dalam rangka mengantisipasi banyaknya JCH yang datang setiap tahunnya, telah menyediakan fasilitas 4 tingkat bagi para JCH sebagai tempat untuk melakukan Sai. Kami sendiri secara pribadi dan JCH warga LDII dari Bogor memilih lantai dasar sebagai tempat Sai Shofa-Marwah.Berbeda dengan yang kami lihat pada tahun 1997 dan 2005, yang masih tersisa dari Bukit Shofa pada tahun 2010 ini sudah dipasangi dengan pagar dari kaca sehingga JCH yang ingin menginjak langsung sisa batu Bukit Shofa sambil berdoa sudah tidak memungkinkan lagi. Yang masih bisa dilakukan ketika berada di Bukit Shofa adalah berdiri sedekat mungkin dengan pagar kaca sebelum berdoa. Kita hanya bisa melihat batu-batu sisa bukit Shofa dari balik pagar kaca di lantai dasar. Bukit Shofa merupakan salah satu tempat di Masjidil Harom yang makbul untuk berdoa.Lampu hijau yang mengindikasikan lokasi wadi diantara bukit Shofa dan bukit Marwah pada tahun 2010 ini masih sama dengan yang kami ingat pada tahun 1997 dan 2005. Di lokasi ini, JCH laki-laki disunnahkan untuk lari-lari kecil ketika melakukan Sai Shofa – Marwah.Untuk lantai dasar, kondisi Bukit Marwah juga masih sama dengan yang kami ingat pada tahun 1997 dan 2005. Batu yang tersisa dari Bukit Marwah, jika kita menghadap Bukit Marwah, berada di sisi kiri
kita. Itu pun sudah tidak berbentuk bukit tetapi berupa permukaan batu yang hampir rata dengan marmer lantai dasar. Bagi JCH yang ingin menginjak bukit Marwah sambil berdoa dapat melakukannya di sini. Seperti halnya Bukit Shofa, Bukit Marwah juga merupakan salah satu tempat di Masjidil Harom yang makbul untuk berdoa.
Alhamdulillah, rombongan JCH warga LDII dari Bogor telah berhasil melakukan Sai Shofa – Marwah
dengan lancar dan tanpa halangan yang berarti. Tahahul segera dilakukan setelah menyelesaikan Sai Shofa – Marwah sebagai tanda berakhirnya rangkaian ibadah umroh kali ini. Namun demikian, tanpa terasa hari sudah menunjukkan pukul 00.30 dini hari ketika semua rombongan JCH warga LDII berkumpul kembali di Pintu Marwah, yang dijadikan sebagai konsensus tempat berkumpul kembali setelah menyelesaikan Sai Shofa – Marwah. Selanjutnya, rombongan JCH bersama-sama kembali ke pemondokan dengan mencarter taksi.
Duh… sungguh terasa penat dan lemah benar tubuh ini. Dari sejak pagi tanggal 20 Oktober, kami
berkendaraan dari Madinah ke Mekkah, mencari, menemukan dan mengumpulkan barang-barang bawaan dari Madinah, mengatur pembagian dan penempatan JCH ke kamar hotel/pondokan, serta melakukan thowaf di Baitullah dan Sai Shofa – Marwah hingga berakhir pukul 00.30. Namun demikian, semua anggota rombongan JCH warga LDII dari Bogor merasa bersyukur bahwa hari ini semua rangkaian ibadah umroh telah berhasil diselesaikan. Moga-moga Alloh memberikan kebarokahan atas usaha para JCH warga LDII dalam mempersungguh melaksanakan ibadah Umroh kali ini.Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarommah, 31 Oktober 2010)
MAKKATU AL-MUKAROMMAH – DAY 12: CATATAN TAMBAHAN TENTANG SAI SHOFA – MARWA
Berdasarkan pengalaman kami melakukan Sai Shofa – Marwah, berikut ini kami sajikan beberapa
catatan yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi JCH yang akan melakukan Sai. Namun demikian, perlu digarisbawahi bahwa kondisi yang dihadapi oleh JCH mungkin saja berbeda dengan yang kami hadapi. Dengan demikian, apa-apa yang kami tuliskan hendaknya dijadikan sebagai acuan saja dan disesuaikan dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan saat JCH melakukan Sai.
(1) Ketika akan memulai Sai, begitu datang dari arah Hajar Aswad dan menaiki Bukit Shofa – jangan lupa berdoa ketika menaiki Bukit Shofa – usahakan ketika mendaki Bukit Shofa untuk mengambil posisi agak ke kanan (jika kita dari arah Hajar Aswad – menuju ke Bukit Shofa), untuk menghindari bertabrakan dengan JCH lain yang berseliweran di sekitar Bukit Shofa dengan berbagai kegiatan. Arah agak ke kanan biasanya sepi dari JCH yang sedang Sai, JCH yang sedang berdiri dan berdoa, serta JCH yang akan menuju Masjidl Harom untuk thowaf. Baru sesudahnya, beloklah ke kiri setelah berada di posisi mepet dengan pagar kaca (nrambul ke kiri).Carilah posisi untuk berdoa, yang mana dari tempat yang dipilih masih bisa melihat bangunan Ka’bah, tidak berdesak-desakan, dan bukan tempat orang berlalu-lalang yang dapat membahayakan diri JCH atau membuat berdoa menjadi tidak khusu’. Biasanya, posisi ini akan didapatkan jika kita mepet dengan pagar kaca, agak ke sebelah kiri (jika kita menghadap Bukit Shofa dari arah Bukit Marwah).
Tandai dan ingat-ingat posisi tersebut dan gunakanlah lokasi ini setiap kali kita akan berdoa di
Bukit Shofa. InsyaAlloh JCH dapat berdoa dengan khusu’ selama yang diinginkan tanpa diganggu JCH lain yang berlalu-lalang atau berdesak-desakan yang dapat membahayakan diri sendiri.
(2) Ketika memulai Sai dari Shofa – menuju Marwah, disarankan untuk mengambil posisi di sisi kanan, dekat tembok luar untuk menghindari kondisi terlalu banyak JCH yang melakukan Sai (over-crowded).
(3) Ketika menuju bukit Marwah dan sampai ke posisi lampu hijau, jika memungkinkan, silakan melakukan lari-lari kecil (‘ngincik’) hingga lampu hijau berikutnya. Namun demikian, jika tidak memungkinkanuntuk ‘ngincik’ disarankan untuk tidak memaksakannya.
(4) Ketika mendekati Bukit Marwah – jangan lupa membaca doa ketika menaiki Bukit Marwah – berjalanlah dari sisi kanan (dekat tembok luar) tempat JCH Sai dan memutar ke kiri sampai mencapai batu yang tersisa dari Bukit Marwah (sisi bagian depan, yang mengarah ke Bukit Shofa). Hati-hati terhadap arus orang yang bergerak dari Bukit Marwah ke arah Bukit Shofa. Dari posisi tersebut, berusahalah untuk mencari tempat diatas batu sisa Bukit Marwah yang bebas dari orang yang lalu lalang untuk berdoa. Ingat-ingat posisi dan strategi pendekatan yang JCH lakukan ke Bukit Shofa untuk dilakukan kembali pada putaran berikutnya.
(5) Setelah selesai berdoa di Bukit Marwah, silakan melanjutkan Sai menuju ke Bukit Shofa dengan
mengambil posisi di sisi kanan dekat tembok dalam masjid agar terhindar dari over-crowded. Setelah sampai ke lampu hijau, silakan ‘ngincik’ jika memungkinkan atau jalan biasa kalau terlalu banyak JCH yang melakukan Sai.
(6) Ketika mendekati Bukit Shofa, yang ke-2 dan yang seterusnya, memutarlah ke kanan dan ‘nrambul’ ke arah pagar kaca untuk menghindari bertabrakan dengan JCH yang sedang Sai, berdoa, atau berlalu-lalang di Bukit Shofa. Carilah kembali tempat berdoa yang dipilih pada poin (1).
(7) Setelah selesai Sai Shofa – Marwah, gunakan pintu Marwah sebagai tempat untuk berkumpul kembali jika ada rombongan yang terpisah-pisah.
Demikian sedikit tambahan catatan tentang Sai Shofa – Marwah berdasarkan pengalaman pribadi kami selama melakukan Sai pada tahun 2010. Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarommah, 1 November 2010)
MADINATU AL-MUNAWAROH – DAY 13: MENCARI TEMPAT SHOLAT DI MASJIDIL HAROM
Catatan: info ini bisa dimanfaatkan bagi JCH laki-laki dan perempuan.
Banyaknya jama’ah calon haji (JCH) yang ingin menunaikan ibadah sholat wajib lima waktu setiap
hari di Masjidil Harom (jauh lebih banyak dari di Masjid Nabawi) lebih-lebih membawa banyak kesulitan bagi JCH. Meskipun Masjidil Harom sudah dipugar dan mempunyai daya tampung yang besar, kesulitan mencari shof atau tempat sholat yang kosong selalu dihadapi JCH ketika akan menunaikan sholat berjama’ah. Hal ini tidak hanya dialami oleh JCH dari Indonesia saja, tapi juga bagi JCH dari berbagai negara lainnya.Di satu sisi, seperti halnya di Masjid Nabawi, sejumlah JCH mengambil jalan pintas untuk mengatasi hal ini, yaitu: sholat berjama’ah di halaman masjid saja – meskipun hal ini juga tidak menjamin pasti dapat tempat. Di sisi lain, untuk memastikan memperoleh tempat sholat, sejumlah JCH berangkat ke Masjidil Harom dan mencari lokasi sholat 1.5 – 2.0 jam sebelum waktu sholat yang ditentukan.Bagi JCH yang menginginkan mendapatkan tempat di dalam masjid karena ingin mendapatkan kefadholan sholat di Masjidil Harom mau tidak mau memang harus mempunyai kesabaran untuk menunggu selama 1.5 – 2.0 jam sebelum sholat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pada jam-jam tertentu menjelang sholat wajib, sejumlah jalur masuk ke Masjidil Harom ditutup dan JCH tidak bebas bergerak menuju ke lokasi- lokasi tertentu.Pertanyaannya, bagaimana caranya memastikan agar kita mendapatkan tempat sholat di dalam Masjidil Harom, meskipun tetap harus menunggu 1.5-2.0 jam sebelum waktu sholat? Barangkali informasi berikut dapat bermanfaat bagi JCH yang memerlukan.
Sebelumnya mungkin perlu digambarkan berbagai kondisi lokasi sholat yang ada di Masjidil Harom.
Tanpa memandang asal negara, alasan JCH memilih lokasi tertentu sebagai tempat sholat antara lain: (1) Ada di dalam masjid, di halaman di sekitar Ka’bah, (2) Ada di dalam masjid, di bangunan masjid sekitar halaman Ka’bah (3 lantai + barsement), (3) Di dalam bangunan tempat Sai Shofa-Marwah (4 lantai + basement), (4) Di tangga-tangga, eskalator, dan sekitar pintu masuk – bagian dalam, (5) Di sekitar pintu masuk masjid – bagian luar masjid, (6) Sholat di halaman di luar masjid, atau (7) di sembarang tempat di sekitar halaman Masjidil Harom.
Cara paling mudah untuk bisa sholat di dalam masjid, di halaman sekitar Ka’bah adalah dengan
melakukan thowaf menjelang waktu sholat wajib. Namun demikian, pintu masuk ke halaman di sekitar Ka’bah akan ditutup oleh Asykar/polisi sekitar 30-45 menit sebelum waktu sholat (tergantung situasi), terutama mulai 5 hari menjelang tanggal 9 Dzulhijah dan sesudahnya. Untuk itu, JCH harus sudah berada di lokasi thowaf paling tidak 45 menit sebelum waktu sholat. Kunci keberhasilan mendapatkan tempat sholat di halaman sekitar ka’bah adalah bisa masuk ke lokasi sebelum ditutup oleh Asykar yang jaga. Untuk itu, perhatikanlah jadwal penutupan akses jalan ke lokasi tersebut dan masuklah ke lokasi sebelum akses ditutup.
Setelah berada di halaman di sekitar Ka’bah, carilah posisi thowaf di jalur di luar Maqom Ibrohim.
Lakukanlah thowaf seperti biasa dan setelah satu atau dua putaran (sampai 15-20 menit sebelum waktu sholat) mulailah mencari barisan tempat sholat (shof) yang aman (lebih baik di arah sekitar Hijir Ismail sampai Rukun Yaman, jangan di arah Hajar Aswad sampai Maqom Ibrohim). JCH biasanya mulai mengatur barisan sholat 20 menit menjelang waktu sholat, ikut saja di barisan yang mulai terbentuk. Tunggulah di tempat yang dipilih sambil memperhatikan keadaan karena biasanya kondisi agak kacau pas menjelang waktu sholat. Jangan membahayakan diri sendiri dengan duduk di jalur orang yang lalu-lalang keuar dari barisan thowaf. Setelah sholat wajib dan sholat jenazah, lanjutkan thowafnya hingga selesai.
Jika ingin sholat di dalam masjid, di bangunan sekitar halaman Ka’bah, maka ada beberapa
alternatif. Secara umum, datanglah lebih awal, sebelum waktu sholat wajib. Dengan datang lebih awal, selain lebih memungkinkan untuk dapat tempat – juga memungkinkan untuk sholat-sholat sunnah atau berdoa atau membaca Al-Qur’an terlebih dahulu.
Jika ingin mendapatkan tempat di lantai dasar atau di lantai basement – maka jangan memilih
bangunan yang ada di arah sisi antara Hajar Aswad dan Hijir Ismail (sebelah tempat Sai Shofa-Marwah) karena biasanya telah dipenuhi orang. Pilihlan yang di arah sisi Hijir Ismail atau sisi antara Hijir Ismail dengan Rukun Yaman. Biasanya lokasi tersebut agak sela dan bangunannya lebih luas
Jika lantai dasar sudah penuh, naiklah ke lantai di atasnya (lantai 1) atau yang diatasnya lagi
(lantai 2 – atap). Tetapi pilihlah bangunan yang ada di sisi Hijir Ismail, di sisi antara Hijir Ismail dan Rukun Yaman, atau sisi Rukun Yaman karena tempat-tempat tersebut selalu agak longgar dibanding yang di sisi antara Hajar Aswad dan Hijir Ismail.Entah karena apa alasannya, bangunan tempat Sai Shofa – Marwah kelihatannya menjadi tempat favorit bagi JCH untuk melakukan sholat wajib berjama’ah di Masjidil Harom. Tempat ini selalu dipenuhi oleh JCH sejak awal. Jika ingin mendapatkan tempat sholat di lokasi Sai Shofa – Marwah, datanglah lebih awal dari waktu sholat. Namun demikian, ada informasi bahwa lokasi bangunan tempat Sai Shofa – Marwah tidak
dihukumi sebagai masjid. Wallohu a’lam. Rupanya kebiasaan JCH di Masjidil Harom dan jama’ah pengajian di Indonesia kalau diperhatikan ternyata hampir sama, yaitu mereka sama-sama suka berjubel di sekitar akses masuk masjid. Tidak peduli bahwa ada tempat kosong di sekitarnya, yang mereka lakukan adalah memenuhi tempat-tempat di sekitar pintu masuk Masjid.
Oleh karena itu, jika JCH masuk Masjidil Harom dan menjumpai di sekitar pintu atau tangga masuk
telah penuh dengan JCH, jangan merasa terintimidasi dan beranggapan bahwa masjid telah penuh. Masuklan lebih jauh ke dalam dan cailah tempat yang sela di bagian lebih dalam. InsyaAlloh akan JCH temukan tempat sholat di lokas bagian dalam. Yang pasti memang harus berani dan mentolo melompati orang-orang yang telah berjubel di sekitar pintu masuk atau tangga tersebut. Hal yang sama juga berlaku untuk tempat-tempat di sekitar eskalator, yang selalu dipenuhi oleh JCH meskipun di bangunan bagian dalam masih terdapat ruang kosong. Hal ini membuat JCH lain yang akan masuk ke masjid menjadi terhalang.
Yang lebih merepotkan adalah berjubelnya JCH yang membuat shof sholat pas di luar di sekitar pintu masuk atau tangga ke Masjidl Harom. Ada banyak pintu masuk yang telah dipenuhi oleh JCH ketika menjelang waktu sholat sehingga menghambat JCH lain yang akan masuk mencari tempat sholat di dalam Masjidil Harom. Jika JCH menjumpai hal ini, cobalah mencari pintu gerbang yang lain yang tidak dipenuhi orang. Alternatifnya, kuatkan mentakl anda dan melangkahlah diantara orang-orang yang duduk, masuklah ke dalam masjid melalui pintu gebang yang telah dipenuhi JCH tersebut, dan carilah tempat sholat yang mungkin masih kosong si salam masjid.Sholat di halaman Masjidil Harom ternyata juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan jika JCH terlambat datang. Meskipun jCH memang berencana untuk sholat di halaman Masjidil Harom, maka JCH tetap disarankan untuk sudah ada di lokasi 30-45 menit menjelang waktu sholat. Jangan berharap mendapat tempat di halaman Masjidil Harom jika JCH datang pas pada waktu akan sholat karena bisa-bisa terpaksa harus melaksanakan sholat di jalan-jalan menuju Masjidil Harom. Terutama di halaman Masjidil Harom yang ada didekat “jam besar” atau yang di dekat Gedung “Maulid Nabi” yang selalu dipenuhi oleh JCH dari berbagai negara.
Yang paling gampang dilakukan ya sholat di sembarang tempat di sekitar halaman Masjidil Harom.
Diantara JCH yang memilih sholat berjama’ah di tempat ini ada yang memang sengaja melakukannya dan ada yang terpaksa karena berbagai sebab. Yang jelas, banyak JCH yang melakukan sholat berjama’ah di jalan-jalan, di bawah jembatan layang, di sekitar perrokoan, dan lain-lain tempat di sekitar halaman Masjidil Harom. Tetapi ada kefahaman bahwa kefadholan sholat di Masjidil Harom akan kita dapatkan jika kita sholat di dalam masjid, bukan di halaman masjid atau di jalan-jalan serta di tempat-tempat di sekitar halaman Masjidil Harom. Oleh karena itu, meskipun dapat dilakukan, disarankan untuk tetap berusaha masuk ke dalam Masjidil Harom jika sholat berjama’ah.Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarromah, 3 November 2010).
MAKKATU AL-MUKAROMMAH – DAY 14: DI MASJIDIL HAROM, DI MANA PEREMPUAN SHOLAT?
Jika di Masjid Nabawi, tempat sholat bagi jama’ah calon haji (JCH) laki-laki dan JCH perempuan
telah secara khusus di pisahkan. Ada bagian dari Masjid Nabawi yang hanya khusus untuk tempat sholatnya JCH perempuan saja dan ada bagian yang lain yang khusus untuk JCH laki-laki. Di tempat sholat yang khusus JCH perempuan, maka sejak di halaman, di areal sekitar pintu masuknya telah diberi pagar khusus yang hanya boleh dimasuki oleh JCH perempuan. JCH laki-laki hanya boleh mendekat sampai pagar tersebut.
Di Masjidil Harom, pembagian tempat sholat untuk JCH laki-laki dan JCH perempuan tersebut tidaklah seketat di Masjid Nabawi. Hanya di lokasi-lokasi tertentu saja dari Masjidil Harom yang mana pemisahan antara JCH laki-laki dan perempuan diperlakukan dengan ketat.
Di halaman di sekitar Baitulloh pada musim haji tahun 2010 kami saksikan merupakan daerah yang
dikhususkan untuk JCH laki-laki. JCH perempuan yang mencoba untuk sholat berjama’ah di lokasi ini pasti kena usir oleh Asykar laki-laki maupun Asykar perempuan yang berjaga-jaga di berbagai tempat di halaman sekitar Baitulloh. Oleh karena itu, disarankan agar JCH perempuan tidak memaksakan diri untuk melakukan sholat berjama’ah di lokasi ini karena pasti akan kena usir oleh Asykar yang menjaga di halaman sekitar Ka’bah.
Suatu hari kami melihat ada rombongan JCH laki-laki dan perempuan yang mungkin hari itu baru
pertama kalinya sholat di Masjidil Harom. Rombongan JCH laki-laki dan perempuan tersebut memaksakan diri untuk mengikuti sholat berjama’ah di halaman sekitar Baitulloh. Ketika ditegur oleh JCH lain supaya yang perempuan pindah ke lokasi tempat sholat khusus perempuan, ketua rombongannya marah-marah dan berargumentasi macam-macam. Akhirnya didiamkan saja oleh JCH yang menegurnya. Sekitar 10-15 menit menjelang waktu sholat, datanglah Asykar-asykar yang bertugas merapikan shof dan mensterilkan lokasi sekitar halaman Baitulloh dari JCH perempuan. Akhirnya rombongan JCH laki-laki dan perempuan dari Afrika tersebut semuanya harus pergi karena JCH yang laki-laki tidak menginginkan terpisah dari JCH yang perempuan. Dalam hati kami bergumam, wah… alamat harus sholat di luar masjid, karena biasanya di dalam masjid telah penuh sesak dengan JCH yang ingin sholat. Apalgi mencari tempat sholat untuk rombongan JCH yang jumlahnya lebih dari 10 orang, pasti lebih sulit lagi.
Namun demikian, di halaman sekitar Baitulloh, di sisi Maqom Ibrohim ada satu area yang tidak
terlalu luas dan diberi pagar pembatas. Area ini merupakan lurusnya Baitulloh dan Maqom Ibrohim yang dikhususkan untuk tempat sholat bagi perempuan. Namun demikian karena tidak terlalu luas, maka lokasi tersebut selalu penuh. Untuk itu jika ingin sholat di tempat tersebut, JCH perlu datang jauh lebih awal sebelum tiba waktu sholat.Di lantai dasar bangunan di sekitar Masjidil Harom juga terdapat sejumlah tempat yang diberi pagar kayu. Tempat-tempat tersebut juga dikhususkan untuk JCH perempuan. Di lokasi ini, penjagaan oleh Asykar laki-laki dan perempuan masih cukup ketat untuk memisahkan antara JCH laki-laki dan perempuan.
Di lantai basement atau di lantai dua (tingkat 3, atap) kelihatannya tidak ada lokasi khusus untuk
perempuan sehingga JCH laki-laki dan perempuan dapat sholat bercampur-baur. Sedangkan di lantai satu (tingkat 2), terdapat daerah yang khusus untuk JCH perempuan yang ditandai dengan pagar dari kayu sebagai pembatas. Hati-hati bagi JCH laki-laki, jika mendekati waktu sholat berjama’ah, disarankan untuk tidak berada di lokasi khusus JCH perempuan tersebut karena akan diusir oleh Asykar perempuan atau oleh JCH perempuan yang ada di lokasi tersebut.
Sekedar saran bagi JCH perempuan yang akan sholat berjama’ah di Masjidil Harom: (1) Datanglah
lebih awal sebelum waktunya sholat wajib berjama’ah, (2) Jangan memaksakan diri melakukan thowaf jika sudah mendekati waktu sholat berjama’ah karena akan kesulitan mencari tempat sholat, (3) Ketika akan sholat berjama’ah di Masjidil Harom, lebih baik langsung mencari tempat sholat yang khusus perempuan dan menunggu di sana sambil melakukan sholat-sholat sunnah atau membaca Al-Qur’an, dan (4) Jika ingin mencari tempat yang longgar, datanglah lebih awal dan langsung menuju ke lantai 1 (tingkat 2) di sisi Hijir Ismail, atau Rukun Yaman, atau sisi antara Hijir Ismail dan Rukun Yaman.Moga-moga Alloh SWT paring manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarommah, 3 November 2010)
MAKKATU AL-MUKARROMAH – DAY 15: ZIAROH DI SEKITAR MEKKAH
Datang di Mekkah dan tidak ziaroh di berbagai lokasi yang erat hubungannya dengan sejarah awal
perkembangan Islam rasanya kurang lengkap. Bagi kami, ziaroh di sekitar Mekkah, sebagaimana ziaroh di sekitar Madinah, tidak hanya berarti jalan-jalan saja tetapi mempunyai makna yang lebih dalam dari itu.Kegiatan ziaroh ini juga mempunyai makna religius karena dalam kesempatan tersebut kami menyaksikan dengan mata kepala sendiri tempat-tempat yang barangkali selama ini hanya kita dengar di pengajian atau ceritera saja. Bagi kami, menyaksikan tempat-tempat bersejarah tersebut menjadikan bertambahnya keimanan dan penghayatan tentang awal perkembangan agama Islam dan tempat-tempat bersejarah yang terkait dengan perjuangan Rosulalloh SAW bersama-sama sahabatnya di awal turunnya Islam di Mekkah.
Ketika di Mekkah, maktab tidak akan mengorganisir ziaroh, sehingga untuk ziaroh perlu diorganisir
sendiri oleh jama’ah calon haji (JCH). Ziaroh di Mekkah dapat dilakukan dalam dua kali kunjungan,
yaitu: Kunjungan (1), ziaroh ke Jabal Nur, Jabal Tsur, Jabal Rohmah, Arofah, Muzdalifah dan Mina/Jamarot serta Kunjungan (2), ziaroh ke Museum Ka’bah, melihat tempat pembuatan qishwah, dan peternakan onta.Untuk Kunjungan (1), jika dilakukan oleh grup JCH sebanyak 20 orang, memerlukan biaya sekitar SR. 15 per orang. Untuk Kunjungan (2), harus dilakukan dengan menggunakan bus isi 40 orang dan karena harus membayar tambahan biaya tiket masuk ke Museum Ka’bah – memerlukan biaya SR. 35.
Berikut ini disampaikan sejumlah tempat yang dikunjungi dalam rangka ziaroh di sekitar Mekkah:
Kunjungan (1): Jabal Nur, Jabal Tsur, Jabal Rohmah, Arofah, Muzdalifah dan Mina/Jamarot.
Jabal Nur merupakan gunung/bukit dimana terdapat Gua Hiro’. Di Gua Hiro’ inilah Rosulalloh SAW
sewaktu masih mudanya selalu melakukan tahanuts mencari pencerahan diri. Di Gua Hiro’ pulalah pertama kalinya Rosulalloh SAW menerima wahyu. Di Jabal Nur, JCH biasanya hanya melihat gunungnya dari kejauhan karena memerlukan waktu yang cukup lama untuk mendaki ke Gua Hiro’.
Jabal Tsur mempunyai arti penting dalam awal perkembangan Islam. Di dalam Gua Tsur inilah
Rosulalloh SAW dan Abu Bakar bersembunyi dari kejaran orang-orang musyrik yang akan membunuh Rosulalloh SAW. Setelah beberapa hari bersembunyi, akhirnya Rosulalloh SAW bersama Abu Bakar berhasil lolos dari kejaran kaum musyrikin dan mencapai Madinah. Peristiwa perjalanan Rosulalloh SAW berhijrah ke Madinah itulah yang kemudian diperingati sebagai awal dari tahun Hijriah.Kalau Jabal Rohmah, konon merupakan tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Siti Hawa setelah oleh Alloh dihukum dengan dikelurkan dari syurga dan diturunkan ke dunia. Di atas bukit tersebut dibangun sebuah tugu peringatan. Ketika hari Wukuf tiba, konon bukit batu yang tadinya berwarna kelabu – berubah mejadi putih total. Hal ini terjadi bukan karena keajaiban alam, tetapi lebih dikarenakan oleh banyaknya JCH yang wukuf di lokasi tersebut. Yang perlu dicatat adalah: tidak ada kefadholan khusus dengan mendaki Jabal Rohmah sampai ke puncaknya, sehingga tidak disarankan untuk mendaki gunung ini.
Selain itu, wukuf di Jabal Rohmah juga tidak mempunyai kefadholan yang lebih dibandingkan dengan di tempat-tempat lainnya di Arofah sehingga tidak perlu memaksakan diri untuk wukuf di Jabal Rohmah yang mungkin justru dapat membahayakan diri sendiri.
Selesai berkunjung ke Jabal Rohmah, JCH biasanya diajak melihat tempat wukuf di Arofah. Perjalanan dilanjutkan dengan melihat lokasi Muzdalifah dan Mina. Di Mina, JCH diajak berkeliling melihat kemah- kemah Mina yang sedang dipersiapkan untuk JCH dan terakhir diajak ke lokasi Jamarot atau lokasi tempat melempar Jumroh Aqobah, Wustho dan ‘Ula.
Kunjungan 2: Museum Ka’bah, tempat pembuatan Qishwah (selambu Ka’bah), dan peternakan onta.
Museum Ka’bah merupakan tempat penyimpanan berbagai pernak-pernik yang berkaitan dengan bangunan Ka’bah. Di Museum Ka’bah kita bisa menjumpai sejarah pembangunan Ka’bah, kondisi Ka’bah dari masa ke masa, koleksi pintu Ka’bah dan sebagainya. Lokasi ini sangat menarik bagi orang yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Ka’bah, yang belum tentu informasinya bisa di dapatkan dari lokasi lain.Yang juga menarik dalam perjalanan ziaroh (2) ini adalah melihat bagaimana qishwah (selambu Ka’bah) dibuat. Di tempat kedua yang dikunjungi ini JCH dapat melihat proses penenunan qishwah dan penyulaman huruf-huruf dan kalimat yang ada di permukaan qishwah dengan benang-benang emas.
Objek ketiga yang dikunjungi dalam ziaroh (2) ini adalah peternakan onta. Di tempat ini JCH dapat
melihat dengan mata kepala sendiri segerombolan onta di sebuah peternakan. Selain itu, bagi JCH yang menginginkan, di sini juga dapat dibeli susu onta yang katanya mempunyai khasiat tertentu. Tetapi ingat, segera setelah sampai di hotel sebaiknya susunya dipanaskan terlebih dahulu sebelum diminum atau disimpan di refrigerator (lemari es) agar tidak basi.
Demikian sedikit uraian tentang kegiatan ziaroh di sekitar MEkkah, moga-moga Alloh SWT paring
manfaat dan barokah dan semoga informasi ini ada manfaatnya.(Makkatu al-Mukarromah, 5 November 2010).
Oleh: Pak Dar
Bersambung…..