Dalam berbuat sesuatu atau beramal, hendaknya kita selalu menata niat kita. Karena pengamalan itu dicatat berdasarkan niatnya.
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Shohih Bukhori, Kitab Permulaan Wahyu, Bab Permulaan Wahyu.
Isi hadits di atas (tanpa penjabaran isnad) yaitu:
Rosululloh SAW pernah bersabda yang isinya: Sesungguhnya setiap amal (perbuatan) tergantung niatnya. Dan sesungguhnya bagi tiap orang tergantung apa yang dia niatkan. Maka barang siapa berniat hijroh (melakukan sesuatu) untuk dunia yang ingin dicapainya, atau untuk seorang wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrohnya (melakukan sesuatu itu) adalah pada apa yang dia niatkan.
Penjelasan hadits di atas:
Semua perbuatan hendaknya selalu diniati karena Allah. Ingin mendapatkan ridho Allah, ingin masuk surga selamat dari neraka. Walaupun urusan dunia seperti pekerjaan, hendaknya selalu diniati karena Allah. Dari pekerjaan yang kita kerjakan, sebagian darinya kita infaq-kan di jalan Allah. Karena infaq itu adalah perintah Allah, salah satunya seperti tercantum dalam Surat Albaqoroh ayat 254
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ …
Wahai orang-orang yang beriman, infaq-kanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami (Allah) berikan padamu … (al-ayah)
Atau mungkin juga, dari pekerjaan itu, kita niatkan untuk mendapatkan pengalaman yang bisa diimplementasikan untuk menolong agama Allah. Ingatlah dalam surat Muhammad ayat 7, bahwa bagi orang iman yang menolong agama Allah, akan ditolong juga oleh Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ …
Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong pada (agama) Allah, maka Allah akan menolong kalian … (al-ayah)
Apalagi dalam acara keagamaan, hendaknya tetap diniati karena Allah. Jangan diniati ingin mendapatkan perhatian dari lawan jenis, ingin mendapatkan uang, ingin mendapatkan ketenaran, dll. Malaikat hanya ditugaskan mencatat, namun yang tahu kondisi hati adalah hanya kita dan Allah.
Lalu, bagaimana jika kita sudah berusaha niat karena Allah, tetapi tidak bisa juga? Apakah keluar saja dari pengajian? Tentu saja tidak, karena keimanan itu datangnya bertahap. Seperti yang terjadi pada suku arab pedalaman yang diabadikan oleh Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 14:
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ …
Berkata orang arab pedalaman: “Kami telah beriman”. Katakanlah Muhammad: “Kalian belum beriman. Namun katakanlah: “Kami telah Islam”. Karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian (al-ayah)
Semoga Allah memberikan manfaat dan barokah.