MADINAH- Hingga Senin (4/11) pagi waktu Arab Saudi, jamaah haji yang meninggal dunia di Tanah Suci Makah dan Madinah telah mencapai 293 orang. Menurut Kepala Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Madinah, Erwin Julistiawan, Embarkasi Surabaya Jatim menyumbang angka terbesar, yakni 56 orang meninggal, disusul Solo Jateng (51), Bekasi Jabar (50), Jakarta (29), dan Makassar (21).
Kasus meninggal terbanyak terjadi pada dua hari setelah masa Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina), yakni 30-31 Oktober, masing-masing dalam sehari ada 22 dan 19 jamaah meninggal. Sebagian besar jamaah meninggal karena penyakit bawaan dari Tanah Air, seperti gagal ginjal, jantung, diabetes, hipertensi, stroke, dan gangguan pernapasan.
Kepala Seksi Kesehatan Misi Haji Indonesia di Makah, dokter Muhammad Ilyas, menjelaskan, pada saat masa Armina, jamaah dituntut menjalani ibadah fisik yang menguras stamina. Antara lain mabit (menginap) di Mina, melontar jamarat, dan tawaf ifadah. Ketika melaksanakan lontar jamarat, jamaah harus berjalan kaki dari tenda penginapan ke tugu jamarat sekitar 2,5 km atau 5 km pulang pergi. Sementara waktu tawaf ifadah, mereka harus berdesak-desakan dengan jutaan jamaah lain dari berbagai negara.
”Bagi jamaah yang sejak dari Tanah Air sudah tidak fit atau lansia, masa Armina menjadi tantangan yang paling berat. Sejak dari Arafah, Muzdaifah, Mina, hingga melontar jamarat dan tawaf ifadah, jamaah dituntut mengerahkan semua tenaga,” kata Ilyas. Pada waktu Armina dari 25 Oktober hingga 29 Oktober, jamaah yang dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Mina juga ikut melonjak tajam. Waktu itu, angkanya mencapai 241 orang dibanding hari-hari biasa yang angkanya hanya puluhan. (Dep. Kim DPP LDII)