MAKAH- Mulai pekan ini hingga sepekan selepas Hari Arafah atau Wukuf pada 25 Oktober mendatang, sekitar 2,5 juta jamaah haji akan memadati Kota suci Makah. Masuknya jutaan manusia dalam waktu bersamaan ini membuat kemungkinan munculnya krisis air bersih terbuka, terutama di lingkungan pemondokan jamaah haji asal Asia Tenggara.
Jamaah asal Asia Tenggara –terutama Indonesia– dikenal sangat boros air. Misi Haji Indonesia Daerah Kerja Makah telah mengerahkan tenaga khusus untuk memonitor ketersediaan air di pemondokan-pemondokan jamaah. Kepala Daerah Kerja Makah, Arsyad Hidayat, Rabu (17/10) meminta petugas haji di setiap sektor memantau ketersediaan air bersih.
”Jangan sampai ada pemondokan yang kekurangan air bersih,” tegas Arsyad. Saat puncak haji, seluruh pemondokan akan terisi penuh. Otomatis, pemakaian air juga meningkat tajam. Arsyad meminta pemeriksaan terhadap stok air bersih dilakukan berkala. Begitu ketersedian air di bak penampungan sudah tinggal separo, petugas haji harus segera memberitahu pemilik pemondokan. Air bersih untuk kebutuhan rumah tangga di Makah disuplai oleh pemerintah Arab Saudi menggunakan mobil tangki, bukan sistem aliran seperti PDAM di Indonesia. Karena saat ini Makah mulai penuh jamaah, jalanan pun macet. Kemacetan akan memengaruhi perjalanan mobil pemasok air.
”Jangan membiarkan tempat penampungan air sampai kosong karena pasokan bisa saja terhambat oleh kemacetan,” ungkap Arsyad. Dia menegaskan, tak boleh ada jamaah haji yang mengeluh karena tak ada air di pemondokan. Untuk itu, permintaan pasokan air bersih di pemondokan jamaah harus dilakukan jauh sebelum air habis. Arsyad juga mengimbau kepada jamaah calon haji untuk menggunakan air secukupnya. Kondisi di Tanah Suci berbeda dengan di Indonesia.
”Jamaah haji dari daerah kadang lupa menutup keran karena di daerahnya air bersih melimpah,” tutur Arsyad. Repotnya, kebiasaan boros air itu tetap terbawa hingga ke Arab Saudi. Kepala Seksi Perumahan Daker Makah, Adil Abdul Wahid, mengatakan, kebutuhan air bersih di setiap pemondokan calon haji Indonesia akan selalu tercukupi. Ia menegaskan, petugas di setiap sektor selalu memastikan stok air di setiap pemondokan tersedia.
”Sesuai kontrak, semua pemilik rumah berkewajiban menyediakan air secukup-cukupnya.” Kebutuhan air bersih di Tanah Suci, kata dia, disuplai oleh Pemerintah Arab Saudi. Namun, karena kebutuhannya sangat tinggi, para pemilik rumah harus selalu menambah pasokan air. Adil mengungkapkan, para pemilik pemondokan itu membeli air dari penampungan di Syuaibah.
Adil juga menjamin, jika ada pemondokan yang kehabisan air, paling lambat satu jam pasokan sudah datang. Pemerintah Indonesia menyiapkan 340 pemondokan bagi 194 ribu jamaah calon haji reguler. Jumlah pemondokan yang berjarak hingga 2.000 meter dari Masjidil Haram mencapai 269 rumah dan menampung 145.599 jamaah. Sedangkan pemondokan yang berjarak antara 2.000-2.500 meter dari Masjidil Haram jumlahnya mencapai 73 unit dengan kapasitas 52.711 orang. (Dep. KIM DPP LDII)