Harapannya, semua orang bisa mengakhiri tahun 2009 dengan kegembiraan. Ada bonus, pencapaian target yang gemilang, suasana penuh keriaan, liburan ke Bali, optimisme serta berkah demi menyambut datangnya tahun 2010. Selain itu, ada pencanangan target baru, harapan – harapan baru, peluang baru dan hal – hal baru lain yang kayaknya sudah jamak menjadi tradisi seperti itu. Beruntunglah bagi orang yang benar – benar menjumpai suasana itu. Bagi yang belum jangan kuatir sebab Anda tidak sendirian. Banyak juga orang yang tidak begitu beruntung menyambut tahun 2010 ini. Karena akhir tahun tidak menyenangkan itu pulalah, maka dengan serta – merta sebagian orang terus mengatakan sesuai dengan Sabda Nabi SAW kalau semakin tahun itu semakin jelek. Buktinya memasuki tahun baru dirundung masalah.
Sebenarnya tidak begitu. Bagi orang yang sadar, tatkala menemui akhir tahun dengan kebahagiaan ataupun dengan kedukaan, itu sama saja. Itu bukan sebuah pertanda apapun. Bukan pula sebuah petunjuk. Kecuali ia hanyalah rangkaian dari kejadian yang sudah menjadi skenario Allah Yang Maha Kuasa yang menimpa hambaNya. Ia akan menjadi masa lalu. Orang sering bilang; Yesterday is a history. Tomorrow is a mystery. Today is a gift. That’s why we call a present. Yang sudah berlalu nggak usah disesali, jadikanlah ia pengalaman, sejarah guru kehidupan. Sedangkan yang akan datang — besok — adalah misteri, tak ada yang tahu akan seperti apa. Allah mengingatkan; Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman 34). Dan hari ini adalah hadiah terindah yang diberikan Yang Maha Kuasa kepada umat manusia. Jadi intinya adalah kekinian. Menikmatinya apa yang telah diberikan Alah pada kita saat ini. Optimalkan yang sedang kita hadapi sekarang, jangan membanggakan masa lalu dan terbuai hari depan.
Beruntung bagi orang yang sadar, yang selalu ingat akan kekuasaan Allah dan kelemahan hamba. Lewat utusanNya, Allah mengingatkan bahwa sebenarnya semua yang terjadi pada manusia, baik itu yang baik maupun jelek, adalah baik adanya. Semua tidak ada yang tidak beruntung. Semua bisa dirubah menjadi keberuntungan, walau kata sebuah kemalangan sekali pun. Kuncinya tinggal keahlian memainkan hati, yaitu kesadaran setiap saat akan syukur dan sabar. Mushibah dan rohmat bisa datang kapan saja. Tak pandang akhir tahun, tahun baru, ataupun kapan saja, waktu – waktu biasa.
Dari Amr bin Said dari bapaknya – Said bin Abi Waqosh, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Aku heran dari hukumnya Allah Ta’ala kepada orang iman, jika menimpanya kebaikan dia memuji kepadaNya dan syukur. Adapun jika menimpanya mushibah dia memuji kepadaNya dan shabar. Orang iman diberi pahala dari tiap – tiap sesuatu sampai – sampai di dalam suapan yang dia angkat suapan itu pada mulut istrinya.” (Rowahu Ahmad dan an-Nasa’i)
Pekan terakhir 2009, saya harus bolak – balik dipanggil atasan karena sebuah perkara. Sebenarnya perkara ini kecil. Hanya gengsi dan emosi yang mengakibatkan semua ini terjadi. Maklum, masih banyak pimpinan puncak yang masih menerapkan manajemen batu. Susah menerima masukan, merasa selalu benar, walau buktinya sudah banyak menyusahkan orang, sebab ulahnya yang katanya benar itu. Para pihak yang terlibat akhirnya tak mau ngalah, apalagi sudah masuk pada ranah harga diri dan reputasi. Semua pada sewot bilang paling bener, nggak mau salah dan melempar tanggung jawab dengan menyalahkan orang lain. Situasi yang tidak kondusif dan cenderung liar.
Dengan sebuah kesadaran dan tanggung jawab, saya mencoba bersikap bijak, tanpa terpengaruh oleh hasilnya. Atasan tetap harus dilindungi, dan vendor dijaga biar tidak rugi – rugi amat dengan menunjukkan kesalahannya. Win – win solution lah, pikir saya. Sayang, langkah ini ternyata tidak disukai sama atasan. Akibatnya, tumpahan kemarahan yang ada. Dalam situasi seperti itu, maka ungkapan – ungkapan yang tidak terkontrol pun singgah bertubi – tubi di telinga saya. Apalagi marahnya jarak jauh. Bahkan, ketika saya turun di bandara Soetta senja hari, sebuah telepon pun masih sempat menyambangi hp saya dengan beribu kata ungkapan kemarahan yang begitu menyakitkan. Alhamdulillah saya sadar sesadar – sadarnya. Dan tidak perlu terpengaruh dengan situasinya. Saya tidak akan menyerahkan kendali diri saya kepadanya. Dia boleh marah, tapi saya tidak membiarkan diri saya terpengaruh olehnya. Stress, terbebani dengan kata – katanya, tidak. Justru dalam diri saya muncul sebuah bisikan dan kekuatan bahwa inilah kado terindah yang diberikan Allah di penghujung tahun 2009. Sebuah peringatan, pentingnya kontrol diri dalam situasi marah, agar menjadi orang yang kuat dan perlunya menjaga lisan ini, agar menjadi orang yang selamat.
Jadi di akhir tahun 2009, saya masih sempat menerawang jauh dan menimbang –nimbang berjuta nikmat yang Allah berikan kepada saya, dan mengakhirinya dengan ucapan syukur atas kado terindah yang diberikan Allah kepada saya lewat atasan tadi, di penghujungnya. Alhamdulillah, betapa indahnya nikmat hidup ini.
Oleh:Ustadz.Faizunal Abdillah