Jakarta (22/7). Kegigihan, ketekunan, kerja keras yang pantang menyerah tak akan pernah mengkhianati hasil. Itulah yang dilakukan Rino Choirul Fadli anak muda LDII asal Bontang. Kecintaannya terhadap ilmu, membuatnya menjadi mahasiswa terbaik sekaligus mendapat hadiah beasiswa S2 dari Rektor Unair, Mohammad Nasih.
Prestasi di bidang akademik, ia dapatkan sejak bangku SD, dan selalu mendapat beasiswa sejak duduk di bangku SMP hingga lulus menjadi sarjana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.
“Yayasan Pendidikan Vidya Dhana Patra (YPVDP) milik PT Badak LNG menyediakan program beasiswa sekolah karyawan dari SMP sampai Strata 1. Jadi sejak kelas enam SD saya ikut seleksi untuk bisa lolos. Seleksi itu berlanjut sampai kelas tiga SMA dan akhirnya saya dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa S-1,” ungkap Rino dalam wawancara daring pada Minggu (30/6).
Bagi Rino dan kedua orangtuanya, pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan. Bahkan, orangtuanya selalu memberikan motivasi yang menjadi pedoman serta inspirasi untuk Rino terus melangkah maju.
“Dari kecil saya selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Misal syarat S-1 dari beasiswa tersebut harus diterima pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) top 10 terbaik Indonesia,” ungkap Rino.
Untuk mencapai itu salah satunya sejak masih sekolah, Rino harus mempunyai nilai tinggi dan berprestasi. “Alhamdulillah beberapa kali mendapat peringkat 1 dan menang beberapa kompetisi sains,” kenangnya.
Ketertarikkan Rino pada bidang Biologi dan kesehatan, menuntunnya untuk memilih Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di Universitas Airlangga yang merupakan salah satu kampus kesehatan terbaik di Indonesia. Kesempatan belajar di perguruan tinggi, menjadikan Rino sarjana pertama di dalam keluarga dan menjadi pencapaian terbesar dalam hidupnya.
“Sebenarnya waktu masih sekolah sering mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan. Tapi selalu ingat pesan orangtua, agar menjadi anak yang cerdas sehingga tidak diremehkan orang lain. Mulai dari situ saya tetap semangat dan bertanggungjawab dengan pendidikan saya, hingga sekarang,” imbuh Rino.
Lebih lanjut, Rino menceritakan jika perkuliahannya saat itu terasa berat, sebab warung jualan nasi goreng orangtuanya berdampak COVID-19. Beban makin terasa karena ayahnya mendapat cobaan sakit, sehingga harus bisa membagi waktu dengan maksimal.
“Pagi sampai sore kuliah, malam bantu jualan sampai larut malam sambil belajar. Habis sholat Subuh ke pasar beli perlengkapan jualan. Kemudian siang biasa saya gunakan istirahat kalau tidak ada jam kuliah. Meskipun begitu, saya tetap bersyukur karena COVID-19 semua serba online, jadi selalu ada waktu selingan,” katanya.
Walaupun rutinitasnya padat, pembaca buku ini, juga selalu mengutamakan ibadah. “Kalau ada jadwal ngaji, warung saya tutup sementara, buka lagi setelah ngaji. Saya percaya dan yakin, jika kita mengutamakan ibadah, maka dunia mengikuti. Tanpa kita sadar Allah SWT sangat menyukai seorang hamba yang kuat, kuat ilmu agamanya, kuat ilmu dunianya, kuat mental serta kuat penghasilannya. Jadi kita harus kuat, sehingga potensi kita juga semakin maju dan berkembang,” tutur Rino.
Selain itu, Rino yang memiliki cita-cita sebagai konsultan perusahaan, juga mendapat apresiasi pihak Rektorat Universitas Airlangga. Pasalnya tidak hanya mampu menjadi lulusan terbaik, ia juga memberikan pesan yang mendalam saat pidato kelulusan.
“Saya berharap ini bisa membantu mengangkat derajat keluarga, serta mendapat pekerjaan yang layak. Sementara ini saya diizinkan untuk bekerja dahulu melalui surat rekomendasi Rektor Unair dan alhamdulillah, saya juga diberikan kesempatan jika sudah siap untuk kembali melanjutkan studi S-2 sewaktu-waktu dengan program beasiswa,” tutup Roni. (eva)