Samarinda (10/9). Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Astana Kazakhstan membawa Delegasi Kazakhstan ke Samarinda, Kalimantan Timur, pada Minggu (3/9). Delegasi Kazakhstan yang terdiri atas para jurnalis dan influencer tersebut, berkunjung dalam rangka promosi wisata dan peluang investasi di Indonesia, termasuk di Kalimantan Timur.
Di sela kunjungan tersebut, Delegasi Kazakhstan mengunjungi Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Luhur Samarinda di bawah naungan DPD LDII Kota Samarinda. Rombongan jurnalis itu, meliput pencak silat tradisional dari perguruan Pencak Silat Persinas ASAD.
Rombongan KBRI Astana dipimpin Firma Agustina selaku koordinator, bersama jurnalis Botakos dan kameramen Mansyur dari Stasiun Televisi Kazakhstan serta seorang penerjemah KBRI Gulnur Seisenkulova.
Rombongan disambut Wakil Kepala Sekolah SMA Budi Luhur Abdul Malik bersama dengan Ketua Ponpes Al Aziziyah Wildan Taufik, yang juga Sekretaris DPW LDII Kalimantan Timur serta dua orang pelatih Persinas ASAD Abdul Hafid dan Suprayitno.
Firma mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan KBRI Astana untuk memperkenalkan Indonesia, terutama Kalimantan Timur dan Ibukota Negara Nusantara (IKN) kepada Delegasi Kazakhstan melalui aspek kebudayaan.
Ia menyebut pencak silat sangat digemari di Kazakhstan laiknya K-Pop atau Korean Pop yang disukai di Indonesia. “Seperti K-Pop milik Korea Selatan, pencak silat memiliki nilai jual Indonesia di Kazakhstan. Karena ketertarikan tersebut, maka kami hari ini hadir untuk membuat liputan tentang seni bela diri pencak silat di sekolah ini,” ujar Mrs. Firma.
Di SMA Budi Luhur Samarinda, para siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pencak Silat Persinas ASAD. Mereka telah mempersiapkan diri menyambut rombongan KBRI Astana dengan atraksi seni bela diri khas Persinas ASAD.
Sekitan 20 siswa memperagakan gerakan pencak silat, mulai dari gerakan pokok pukulan, tangkisan, dan tendangan yang diiringi alunan musik gendang.
Firma menunjukkan kekagumannya setelah mengetahui proses kegiatan belajar mengajar berlangsung cukup panjang, dengan waktu libur yang pendek. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan di Kazakhstan. “Waktu belajar di Kazakhstan lebih singkat, sedangkan waktu libur bisa mencapai tiga bulan lamanya,” ungkap Firma.
Salah seorang siswa yang berasal dari Kutai Timur Muhammad Zaki, mengatakan, dirinya tidak merasakan lelah mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Saya tidak merasa lelah, mungkin karena sejak Sekolah Dasar (SD) sudah terbiasa dengan waktu belajar seperti sekarang ini,” ujarnya ketika diwawancarai jurnalis Kazakhstan.
Alhamdulillah Alloh paring,mugo2Alloh paring barokah.
Mudah²an Allah Paring Sukses, Barokah dan makin berkembang Persinas Asad