Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang
Lagi-lagi, izinkan plentis ini berbagi. Jadikan saja sebagai motivasi untuk terus berbenah dan berbuat yang terbaik. Selagi bisa dan mampu, dibarengi bimbingan yang lurus. Seorang petani menemukan dua butir telur elang dan menempatkannya bersama telur ayam yang sedang dierami induknya. Setelah menetas, elang itu hidup dan berperilaku persis seperti anak ayam, karena mengira dirinya memang anak ayam.
Pada suatu hari, keduanya melihat seekor elang yang dengan gagah terbang mengarungi angkasa. “Wow, luar biasa! Siapakah itu?”, katanya penuh kekaguman. “Itulah elang, raja segala burung!” sahut ayam di sekitarnya. “Kalau saja kita bisa terbang ya ? Luar biasa!” Para ayam menjawab, “Ah, jangan mimpi! Dia makhluk angkasa, sedang kita hanya makhluk bumi. Kita hanya ayam!” Demikianlah, elang yang satu, makan, minum, menjalani hidup dan akhirnya mati sebagai seekor ayam. Sedang elang satunya lagi, melihat sesuatu yang berbeda, bentuk tubuhnya lebih menyerupai elang daripada ayam dan berbenah. Akhirnya elang kecil ini menyadari perbedaan itu dan pantang menyerah untuk belajar terbang seperti elang yang dilihatnya beberapa waktu yang lalu dan akhirnya berhasil terbang.
Itu hanya cerita. Namun ada pesan moral indah di dalamnya, yang kebanyakan terjadi nyata di kehidupan ini. Banyak orang yang tidak memaksimalkan potensi diri, dengan berbagai alasan. Dan kebanyakan menggembok diri karena lingkungan, orang tua, jenis kelamin, tempat dilahirkan, cara kita dibesarkan, bakat yang kita miliki dan sebagainya. Untuk keluar dari kungkungan tersebut, ada kata kunci yang harus dilakukan setiap diri yaitu berbenah diri. Yaitu menyadari bahwa perubahan itu ada di tangan kita sendiri. Ada kontribusi faktor usaha yang dimulai dari diri sendiri. Allah berfirman; “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat ini bukan berarti legitimasi untuk bisa berbuat sesuka hati. Namun lebih indah lagi menuturkan bahwa benar ada hal-hal di dunia ini yang berada di luar kekuasaan kita. Tapi kita senantiasa bisa memilih dan menentukan apa yang sudah diberikan kepada kita. Kita bisa menentukan pilihan perilaku kita, kita bisa mengontrol apa yang akan kita lakukan. Memang, ada hal yang tak dapat kita pilih seperti lingkungan kita dilahirkan, tapi kita selalu bisa memilih respon yang lain. Kita diberi kemampuan untuk memilih tindakan yang menurut kita yang terbaik. Saat itu. Kesadaran bahwa kita diberi kebebasan dan mampu berkontribusi yang berdampak signifikan dalam hidup ini. Kita punya kemampuan menentukan apa yang akan kita perbuat. Itulah makna ayat di atas. Benar, akan ada pengaruh dari luar. Tapi kita hanya dipengaruhi sebagai ujian kehidupan.
Sikap inilah yang disebut bertanggung jawab yaitu kemampuan untuk melakukan respon terhadap situasi apapun. Kesadaran semacam itu akan membuka mata kita bahwa perlu berbenah mendalami diri dan mengenali bakat-bakat serta potensi kita yang terdalam. Bakat-bakat ini boleh jadi telah terkubur oleh situasi dan kondisi, padahal kalau berhasil dimunculkan akan menuntun perubahan hidup yang dahsyat menuju jalan takdir kita. Selalu ada peluang dan kemungkinan. Hanya saja kitalah yang sering mengunci diri dengan berbagai label yang diciptakan lingkungan maupun diri kita sendiri sampai berlindung di balik naungan qodar. Dengan melakukan hal tersebut, insya Allah akan menemukan sesuatu yang lebih menggairahkan dalam hidup ini, seni perjuangan, indahnya kepasrahan. Dan yakinlah, kita pun bisa terbang setinggi elang di angkasa, seiring hadits indah di bawah ini.
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah)