Jakarta (8/8). Psikolog anak dan keluarga Sani B. Hermawan memberikan tips memilih daycare atau tempat penitipan anak yang kredibel. Setelah baru-baru ini terjadi penganiayaan balita di sebuah daycare anak di Depok, Jawa Barat.
Pemilik daycare berinisial MI yang dilaporkan melakukan kekerasan terhadap balita berusia 2 tahun 9 bulan hingga mengalami trauma serta luka memar. Dari kejadian itu, orangtua yang mengupayakan penitipan anak ke orang lain bukan hal mudah karena perlu selektif dalam memilih daycare.
Psikolog Sani B Hermawan yang juga Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani Jakarta, membagikan tips untuk menilai kredibilitas sebuah daycare, seperti mengecek latar belakang dari tempat penitipan anak tersebut.
“Yang pertama dari pengalaman, berapa lama mereka berdiri, siapa yang mendirikan. Kemudian kita juga bisa minta info profil dari orang yang menjaga anak kita di sana. Apakah dari jurusan psikologi, random dari berbagai bidang studi, atau harus ada sertifikat khusus misalnya dia telah lulus menjadi terapis anak, itu penting sekali,” kata Psikolog lulusan Universitas Indonesia itu.
Selanjutnya, pilih daycare yang sudah ada izin usaha atau terdaftar dinas. Kemudian penting untuk mencari tahu tentang kesaksian atau review para pelanggan yang lebih dulu memakai jasa, atau bisa juga melakukan wawancara dengan pihak daycare.
Selain itu, orang tua juga perlu memantau apakah daycare memiliki kamera pengawas atau CCTV dan mengizinkan orangtua untuk mengaksesnya. Hal ini penting karena masih banyak daycare yang dilengkapi CCTV, namun tidak mau memberikan aksesnya dengan alasan hanya boleh pihak internal daycare saja.
Sani menambahkan, biaya daycare dengan fasilitas lengkap tentu tidak murah. “Meski ada iming-iming promo, orang tua jangan mudah tergiur harga murah, dan jangan lupa untuk memantau dengan menanyakan lewat anak usai dititipkan,”
Setelah dititipkan atau menggunakan jasa tersebut, orangtua perlu pantau perubahan perilaku anak di rumah. “Kita bisa observasi apakah anak jadi takut masuk ke daycare, anak meringis, atau saat pulang jadi kurang semangat, sensitif, sering nangis. Itu juga perlu kita observasi untuk mendeteksi sejauh mana anak kita merasakan kenyamanan atau ketidaknyamanan ketika di daycare,” ujar Sani. (ING)