Bandung, (21/4) Ditengah meriahnya jelang peringatan Konferensi Asia Afrika ke 60, terjadi unjuk rasa didepan Gedung Merdeka tadi siang, Selasa (21/4) oleh ketua HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia), PMII (Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia) dan Aliansi Cipayung. Mereka menuntut warga Bandung tidak terbuai dengan perayaan-perayaan yang digelar.
Dalam orasinya, pihak pendemo mengatakan tidak setuju jika perhelatan Konferensi Asia Afrika diadakan sebab dinilai sia-sia, jika tidak mementingkan aspirasi rakyat. Ketua HMI cabang Bandung juga mengingatkan, “Jika Konferensi Asia Afrika yang dulu untuk memerangi penjajahan yang terjadi saat itu, maka konferensi kali ini harus bisa memerangi situasi penjajahan di masa sekarang.”
Sekilas masa lalu, presiden pertama Indonesia, Soekarno menggelar Konferensi Asia Afrika pertama kali pada tahun 1955 bekerjasama dengan petinggi 4 negara lainnya, Myanmar (Burma), Srilanka (Ceylon), India dan Pakistan. Saat itu, konferensi digelar untuk mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika melawan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet atau negara imperialis lainnya. Konferensi yang melahirkan Dasasila Bandung ini, akhirnya membentuk Gerakan Non Blok pada 1961.
Kali ini, target para mahasiswa tersebut ingin memberikan opini yang berbeda terutama bagi masyarakat agar tidak terbuai kemewahan dari perayaan-perayaan yang berlangsung. Bahkan, pihaknya menginginkan masyarakat terlebih warga negara membangun opini agar tidak terdominasi pihak asing. “Jangan sampai pihak asing yang diuntungkan,” tegasnya.
Konferensi ini masih menurut Ahyar, bukan berorientasi pada income, namun mengenai nilai-nilai perjuangan. “Jangan hanya tukar guling kerjasama antar negara. Namun lebih kepada realisasi kerjasama itu sendiri yang juga menguntungkan Indonesia,” ucap Ahyar mengakhiri. (Noni/Reza/LINES)