Wonogiri (14/10). DPD LDII Wonogori menggelar sarasehan dan pembekalan organisasi pada 14 Oktober 2020. Acara tersebut menghadirkan Pj Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso dan Ketua DPW LDII Jawa Tengah, Singgih Tri Sulistiyono yang juga Guru Besar Sejarah Universitas Diponegoro. Acara ini dihelat untuk memberi satu pemahaman kepada pengurus organisasi, bahwa LDII netral aktif.
“Acara ini diikuti sekitar 1.000 orang yang tersebar pada 29 studio di 23 Pengurus Cabang (PC). Sementa di studio utama di Pesanteran Al Barru diisi 50 orang yang terdiri dari dewan penasehat, para ulama, dan pengurus DPD LDII Wonogri,” ujar Sekretaris DPD LDII Joko Rahmanto.
Dalam pertemuan itu, Chriswanto Santoso menegaskan dalam Pemilu maupun Pilkada, LDII menganut sikap politik netral dan aktif, “Termasuk di Wonogiri. Kami menegaskan secara lembaga LDII tidak berafiliasi atau mendukung partai politik tertentu,” ujar Chriswanto Santoso. Sikap aktif, menurut Chriswanto, warga LDII didorong menyalurkan aspirasi politiknya. Mereka dilarang golput (Golongan putih/tidak memilih) dan turut menyukseskan Pemilu atau Pilkada.
Chriswanto mengingatkan, Pilkada Wonogiri merupakan proses demokrasi, untuk menghasilkan pemimpin yang langsung dipilih oleh rakyat. Mereka yang terpilih, akan menjalankan program kerjanya selama lima tahun, “Warga LDII saya harapkan dapat memilih kepala daerah yang berintegritas untuk melaksanakan program kerjanya untuk memajukan Wonogiri,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPW LDII Jawa Tengah, Singgih Tri Sulistiyono mengatakan LDII di Wonogiri telah menjadi salah satu ormas terbesar selain Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, “LDII telah menjadi bagian dari Islam arus utama di Wonogiri. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya 15 warga LDII yang dikukuhkan sebagai pengurus MUI Kabupaten Wonogiri pada 16 September 2020,” ujar Singgih. Jumlah itu mewakili 30 persen dari seluruh anggota MUI Kabupaten Wonogiri.
Menurut Singgih, dengan menjadi bagian MUI, LDII dapat meneruskan platform organisasi. Untuk memperjuangkan NKRI yang nasionalis religius, “Negara yang nasionalis religius menjadi komitmen berdirinya Indonesia. Dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, yang memungkinkan umat Islam bisa melaksanakan kebebasan beribadah demikian pula dengan agama lainnya,” ujar Singgih.
Singgih mengingatkan, dengan diakuinya eksistensi LDII sebagai bagian Islam arus utama, harus diakui perubahan sikap, “LDII kini dianggap menjadi mitra, dalam membangun karakter bangsa yang nasionalis religius,” imbuh Singgih.
Singgih berharap, pengurus LDII yang juga menjadi pengurus MUI mampu membumikan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Hikmah Alquran dan Alhadits, menurut Singgih, tak hanya dirasakan warga LDII namun juga seluruh masyarakat Wonogiri.
“Pengurus LDII yang jadi bagian MUI di Kabupaten Wonogiri harus bisa menjadi pengayom dan penyejuk. Mereka harus menjadi solusi atas kegelisahan warga dalam menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Nyimak aja