Makassar (21/02) – Tidak hanya teknologi yang berkembang, tetapi media informasi pun ikut berkembang. Dahulu, informasi diterima melalui media cetak akan tetapi dengan berkembangnya teknologi, informasi bisa diterima dengan mudah yaitu melalui media internet atau yang lebih dikenal dengan media sosial.
Penduduk Indonesia saat ini sekitar 125 juta dan lebih dari separuh penduduknya adalah pengguna internet. Karenanya, penerima informasi harus dapat menyaring berita yang akurat dan tidak akurat (hoax). Hal inilah yang mendasari DPW LDII Provinsi Sulawesi Selatan mengadakan pelatihan Humas dan IT.
Penggabungan pelatihan humas dan IT dikarenakan setiap orang pasti berhubungan dengan teknologi internet dan internet sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sebagai humas juga harus komunikatif dengan wartawan dalam memberikan berita yang akurat dan up to date. Humas sebagai orang yang memperoleh berita juga sebaiknya memahami tentang jurnalistik. Di dalam pelatihan ini, dipaparkan secara gamblang tentang media informasi, peran kehumasan, dan teknik penulisan berita.
Pelatihan yang digelar dua hari dari tanggal 21-22 Februari 2017 menghadirkan pemateri-pemateri handal diantaranya Ketua Forum Telematika KTI Hidayat Nahwi Rasul, mantan wartawan Tempo Muh Syafei, Ketua Departemen KIM DPP LDII Ludhy Cahyana dan wartawan Tribun Timur. Pelatihan dilaksanakan di Masjid Nurul Hakim dengan peserta dari perwakilan dari DPD Kab/kota se-Sulawesi Selatan ini mendapatkan antusias dari para peserta.
Hidayat menjelaskan bahwa informasi melalui media sosial sangat mudah didapat dan dapat dimanfaatkan untuk memberitakan kegiatan yang positif. Melalui media sosial berita-berita yang disampaikan akan lebih cepat sehingga penerimaan informasi pun lebih cepat. Media sosial saat ini juga dirasa lebih efektif karena setiap orang bisa dengan mudah mengakses dan menerima berita.
Namun yang perlu dipahami bahwa cepatnya informasi yang diterima, harus ada penyaringnya. “Agar berita yang diterima itu akurat dan benar harus diterima dengan cara cerdas, cepat, up to date, check and re-check (tabayyun)” tambah Suwarto saat sesi pembukaan pelatihan.
Media lama seperti koran, televisi merupakan media satu arah, namun media sosial merupakan media dua arah dimana orang yang membaca berita bisa saling memberikan komentarnya. Karakteristik media lama lebih akurat dan bertanggungjawab, sedangkan media baru mengandalkan kecepatan. “Namun, berkembangnya media baru bukan berarti media lama kemudian ditinggalkan,” ungkap Syafei.
Teknik penulisan berita dijelaskan secara detail oleh Ludhy, bahwa ketika menulis berita harus mengandung unsur 5W1H. “Tulisan pun harus menarik, tidak menjemukan, bisa mengajak orang untuk membaca,” terang Ludhy.
Sementara itu Syafei menambahkan bahwa tujuan dilaksanakannya pelatihan ini agar warga LDII lebih bijak dalam membuat, menerima, menyebarkan berita dan memanfaatkan media baru. Harapannya, rekan citizen journalism di daerah bisa meningkatkan kualitas dalam menghadapi media baru, sehingga ketika berhadapan informasi melalui media sosial sudah siap. Selain itu, DPW LDII Sulsel akan membuat database tentang kehumasan, sehingga ketika ada kegiatan di DPD Kabupaten/Kota, sumber daya inilah yang menjadi humasnya.