Jakarta (4/8). Internet memungkinkan segala informasi langsung berada di tangan generasi milenial. Melalui ponsel, mereka menjadikan media sosial acuan dalam mengumpulkan informasi, sementara media massa ada di baris kedua. Apalagi proses pencarian jati diri, membuat generasi menjadi rentan terpapar radikalisme dan liberalisme.
Hal tersebut menjadi perhatian LDII, terutama DPW LDII Jawa Tengah yang penduduknya heterogen secara ideologi, “Dalam lima tahun terakhir, kami bekerja sama dengan Polda Jawa Tengah dalam sosialisasi deradikalisasi,” ujar Ketua DPP LDII sekaligus Ketua DPW Jawa Tengah Singgih Tri Sulistiyono.
Menurut Singgih generasi muda senang mencoba dan mempelajari berbagai hal. Di tengah pencarian tersebut mereka bisa terpapar radikalisme hingga pengagungan hak-hak individu seperti liberalisme, “Pergaulan bebas, penggunaan obat terlarang hingga radikalisme menjadi tantangan dalam membangun karakter bangsa,” ujar Singgih.
Ia mengatakan sosialisasi tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun. Salah satunya di Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Tri Sukses, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) pada 28 Juli 2022 lalu, “Acara tersebut diikuti oleh 500 mahasiswa dan pemuda LDII, serta unsur-unsur pemuda lainnya,” imbuh Singgih.
“Penguatan Nasionalisme dan Semangat Bela Negara bagi Generasi Muda Santri di Era Milenial Menuju Indonesia Emas 2045.” Narasumber dalam acara tersebut berasal dari Direktorat Binmas Polda dan Dai Kamtibmas Polda Jateng, “Alasan mengapa mengambil tema ini setelah melihat perubahan yang begitu cepat pada era global ini membuat dunia tanpa batas dengan adanya internet,” imbuhnya.
Ia mengakui internet memiliki dampak positif dan negatifnya, seperti pergaulan bebas, rasa nasionalisme semakin pudar dan munculnya ideologi yang berbau radikalisme yang mengarah ke terorisme, “Maka kami ingin merawat negara ini dengan semangat nasionalisme dengan bela negara untuk mempertahankan negara ini yang sumberdayanya selalu diincar bangsa asing,” tambah Singgih.
Belum lagi adanya upaya provokasi kelompok tertentu untuk mengadu domba agar ormas keagamaan saling bertikai dengan alasan apa pun. Maka diperlukan kerukunan dan kekompakan anak bangsa sebagai generasi penerus bangsa untuk selalu mewujudkan perdamaian dan kerukunan dengan dibalut semangat NKRI di negeri ini khususnya di wilayah Cilacap.
Tekad LDII dalam merawat anak bangsa tersebut, disambut baik Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji. Ia mengatakan, LDII berhasil merawat nasionalisme di kalangan generasi mudanya, “Saat dinyanyikan lagu Indonesia Raya, saya melihat para santri berdiri dan ikut menyanyikan dengan hikmat dan penuh penghayatan,” ujar Bupati Tatto.
Tatto teringat masa kecilnya saat diajak orang tuanya ke Jepang, “Saat lagu kebangsaan Jepang dinyanyikan semua warga serentak menghentikan aktivitasnya,” pungkasnya. Mereka turut menyanyikan lagi kebangsaan yang hanya beberapa menit tersebut. Tatto juga menyebut para hadirin yang tenang dan hikmat saat Alquran dibacakan, menunjukkan sisi religius para generasi muda.
Apa yang ia lihat di PPM Tri Sukses tersebut, sebagaimana yang ia rasakan saat mengunjungi Guangdong, China, yang penduduknya memeluk agama Islam, saat ayat suci dibacakan, semuanya menghentikan aktivitasnya. Menurut pengamatannya mobil-mobil berhenti untuk mendengarkan ayat suci tersebut selesai dibacakan.
Tatto mengaku salut dan kagum pada para hadirin, tentunya rasa nasionalisme sudah tertanam secara baik di ponpes-ponpes naungan LDII. Tentu semangat ini harus terus dilestarikan, apalagi ini akan memasuki hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia. “Siapa lagi yang yang bisa meneruskan perjuangan dan mengisi kemerdekaan ini, kalau bukan kita,” pesan Tatto.
Mahasiswa/i, Pemuda/i sebagai warga LDII seyogyanya tangguh dan berpengaruh karena setiap bulan mendengarkan nasehat : 6 Tabiat Luhur, 4 Tali Keimanan, Trisukses, serta wajibnya tunduk dan patuh kepada peraturan pemerintah yang sah.
Saran : Pembinaan dan penguatan semakin intensif, untuk menghindari pengaruh negatif globalisasi.
hiduplah indonesia raya