Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang
Salah seorang kawan berbaik hati mengirimkan film pendek berjudul Tilik. Saya yang tadinya tidak tertarik, jadi ikut-ikutan nimbrung melirik peluang ini. Sebagai suguhan boleh dibilang karya ini cukup menarik, disuguhi dengan logat medok dan wajah-wajah yang lugu nan alami. Keunggulan lain adalah bidikan obyek yang sederhana, sebuah truk sebagai alat angkut potret kehidupan nyata di masyarakat desa. Aspek lain tentu karena durasinya yang pendek. Hanya 30 menit. Jika panjang bisa jadi berbeda hasilnya sebab akan banyak memakan kuota.
Saya tidak akan bercerita sinopsis film ini. Bagi yang berminat tinggal searching di google dan dengan mudah mendapatkannya. Saya justru tertarik sisi lain dari film ini, pesan moral dan pertarungan kebenaran dan kebatilan yang sering kabur berbalut budaya. Tilik yang berarti menjenguk orang sakit adalah perbuatan mulia. Bahkan digambarkan seperti berjalan di taman surga. Tetapi alangkah ironisnya sepanjang jalan ke taman surga justru berisi hal-hal yang tercela yang merupakan anti budaya. Di mana dalam “bahasa” lain dikatakan dosa.
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَادَ مَرِيضًا لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ
“Barangsiapa yang menjenguk orang sakit, maka dia senantiasa berada dalam sebuah taman surga sampai dia pulang kembali.” (HR. Muslim, 4658)
Pertanyaannya kemudian, apakah kita mampu menghindari kehidupan semacam itu? Ataukah kita justru mendukung naik di dalam truknya? Pekerjaan rumahnya adalah instrospeksi, sebab tidak menutup kemungkinan kita bagian dari film itu sendiri, walau kita berada di luar scenario dan tertawa dibuatnya. Bisa jadi kita adalah Bu Tejo-Bu Tejo yang tidak bisa mengendalikan lisannya, walaupun soluitf dan banyak berderma. Bisa jadi kita adalah Yu Ning yang mencoba menjadi juru penengah, mengingatkan. Bisa jadi kita adalah ibu-ibu dalam truk itu yang setia menguping pembicaraan. Sungguh pelajaran yang sarat makna. Bahkan sebagian orang bijak mengingatkan, orang yang mendengarkan, bahkan menyetujui orang ghibah lebih besar dosanya dari orang yang ghibah itu sendiri. Mari berhati-hatilah.
Di dunia ini, salah satu yang paling sulit adalah menjaga lisan. Banyak orang yng celaka karena lisan. Sebagaiman dicontohkan dalam Tilik, salah satu dosa yang bersumber dari lisan adalah ketika menggunakannya untuk mencela orang lain. Dan jika mau lebih detail lagi, setidaknya ada delapan bahaya lisan; mulai dari suka berbohong, suka berburuk sangka (su’uzhan), suka menggunjing (ghibah), suka mengadu domba, mengutuk sesame muslim, bicara yang tidak perlu, banyak berdebat terhadap sesuatu yang tidak penting dan bisa mematikan hati. Maka terinspirasi dari Tilik ini, rasanya perlu kita mengingat petuah indah agar hidup selamat, perjalanan menjadi nikmat, yaitu mengenai muflis.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، قَالاَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، – وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ – عَنِ الْعَلاَءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ” أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ” . قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ . فَقَالَ ” إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ ” .
Dari Abu Huroiroh, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang pailit) itu?” Para sahabat menjawab,”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.” Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.” (Rowahu Muslim)
Ingat Tilik, ingat muflis! Berbahaya itu.
Alkhamdulillaahi jaza Kumullohu khoiro.. analisis nilai moralnya sangat tepat, semoga kita terhindar dari sifat2 yang membuat kita merugi diakhirat nanti… Aamiin