Untuk meraih gelar Ph.D di bidang ilmu politik, Trevor W. Preston, B.A. (Hons), M.A. A.B.D. – seorang kandidat doktor dari Departement of Political Science, University of Toronto, Ontario-Canada bermaksud menulis disertasi dan melakukan penelitian tentang “Educational Institutions and the State Management of the Islamic Revival in Indonesia and Malaysia”. Dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan disertasinya, saudara Preston berkunjung ke Indonesia dan melakukan pembicaraan-pembicaraan dengan berbagai ormas Islam yang ada, termasuk Lembaga dakwah Islam Indonesia (LDII).
Pada tanggal 13 April 2008, saudara Preston mengunjungi Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondok Gede untuk bertemu dan mendapatkan informasi dari pengurus DPP LDII tentang (a) hubungan antara Islam dengan negara pada era pemerintahan Soeharto (tahun 1983 – 1990), (b) Peranan pendidikan Islam dalam hubungannya dengan pergeseran norma, nilai-nilai, dan praktek Islam di Indonesia, dan (c) arah ke depan dari politik Islam di Indonesia pasca-reformasi. Dalam kesempatan tersebut, kehadiran saudara Trevor W. Preston disambut oleh Ir H Prasetyo Soenaryo, MT. (Ketua DPP LDII), Ir H Chriswanto Santoso, Msc. (Ketua DPP LDII), Prof Dr Sudarsono (Ketua Departemen ILH dan Kajian Strategis), H M Sidiq Waskito, Bsc, (Bendahara DPP LDII), dan Drs. H Dicky Soenaryo.
Terhadap pertanyaan tentang bagaimana pandangan LDII tentang hubungan Islam dengan negara dan apakah LDII merasa ada hambatan?, dijawab: “LDII fokus pada berbagai kegiatan di bidang dakwah dan bidang politik praktis bukan merupakan fokus kompetensi LDII. Lembaga ini didirikan dalam rangka untuk membentuk perilaku orang muslim yang sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadits serta berusaha membebaskan anggotanya dari praktek riba” kata Prasetyo Soenaryo. Chriswanto Santoso menambahkan bahwa: “LDII sangat concern dengan permasalahan moral dan akan bersikap proaktif terhadap masalah-maslah yang berkaitan dengan masalah moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.” Sehubungan dengan hal tersebut, dalam era pemerintahan Soeharto, LDII tidak merasa mendapat hambatan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Chriswanto Santoso menambahkan, “Dalam kegiatan dakwahnya, LDII berusaha memberi pengetahuan soal Islam menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits. Bila setiap orang dapat tahu dan paham tentang Islam, maka mereka diharapkan secara otomatis akan berprilaku sebagai penganut Islam yang baik,” ujarnya.
“Terkait dengan bidang pendidikan, apa pesan moral yang paling penting di LDII?”, tanya Preston. Prasetyo Sunaryo menjawab, bahwa: ”Dalam pendidikan moral, LDII ingin mengembangkan enam tingkah laku dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat, yaitu: sebagai individu diharapkan mempunyai sikap yang jujur (honest), amanah (trustworthy), dan mujhid-muzhid (hard working and economist), sedangkan sebagai anggota masyarakat mempunyai sikap yang rukun (harmonious), kompak (cohesive), dan kerjasama yang baik (cooperative). Menjawab pertanyaan Preston tentang tantangan terbesar ke depan bagi umat Islam di Indonesia, Prasetyo Sunaryo menjawab: ”Masalah kemiskinan dan mempraktekkan nilai-nilai Islam dalam perekonomian merupakan tantangan bagi umat Islam di Indonesia. Jika kedua hal tersebut dapat diselesaikan maka tantangan selanjutnya adalah masalah pendidikan.”