Gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tak sekadar berpengaruh di wilayah Irak dan Suriah, namun melebar ke seluruh dunia. ISIS berusaha merekrut anggota baru di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Jalan kekerasan dan antitoleransi yang dilakukan ISIS dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Banyak hal yang membuat ISIS bertentangan dengan Islam dan bangsa Indonesia. Menurut Duta Besar Indonesia untuk Mesir Komisaris Jenderal (Purn) Polisi Nurfaizi Suwandi, ISIS memahami Islam secara radikal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip damai, “Di kawasan Timur Tengah ISIS pun ditolak karena anggota mereka melakukan perbuatan yang tidak berprikemanusiaan, seperti merampok, melakukan teror bom, dan membunuh nyawa yang tidak berdosa secara sadis dan biadab,” ujar Nurfaizi saat memberi ceramah mengenai bahaya ISIS di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondo Gede, Minggu (9/11).
Nurfaizi Suwandi menjelaskan, ISIS masuk di Indonesia dengan cepat dan mudah. Mereka menarik simpatisan dari para teroris yang tertarik pada gerakan mereka. Para simpatisan itu lalu mempengaruhi kawan-kawan mereka. Ia memperkirakan sekitar 2 juta penduduk Indonesia pun telah di berbaiat dan direkrut sebagai anggota ISIS. Mereka menyebar di berbagai pelosok tanah air, dan sebagian dari mereka telah bertempur di Irak dan Suriah.
“Indonesia adalah tempat yang potensial untuk merekrut para militant, karena tingkat kemiskinan masih tinggi dan latar belakang pendidikan yang rendah,” ujar Nurfaizi. Kemiskinan dan kebodohan inilah pintu masuk ISIS mempengaruhi umat Islam di Indonesia. Mereka direkrut dengan dijanjikan masa depan yang cerah dan jihad di jalan Allah SWT, dan surga balasannya.
Ketika informasi mengenai keberadaan ISIS di Indonesia menyebar melalui media massa dan sosial media. Menurt Nurfaizi ada pihak-pihak yang memanfaatkan informasi itu, untuk mendiskreditkan atau menjelekkan umat Islam lainnya. “LDII menjadi salah satu yang dikambinghitamkan sebagai bagian dari ISIS yang sangat berbahaya,” ujar Nurfaizi. LDII, menurutnya bukan bagian dari ISIS. “Ulama yang mengajar di LDII, di zaman dulu telah berjuang untuk menegakkan NKRI dan loyal terhadap pemerintah,” paparnya.
Menurut Nurfaizi LDII adalah sebagai salah satu organisasi Islam yang memiliki loyalitas tinggi, taat dan patuh terhadap pemerintah, serta memberikan dukungan terhadap kemajuan bangsa dan negara.
Pembangunan di Palestina
Nurfaizi dalam kesempatan itu banyak memaparkan kondisi geopolitik Timur Tengah, terutama di sekitar Mesir. Nurfaizi malam itu memaparkan pula kondisi Palestina yang telah berperang selama 8 tahun dengan Israel, yang hanya diselingi perdamaian sementara. “Antara ISIS dan perang di Palestina tidak memiliki kaitan,” paparnya.
Nurfaizi yang telah menjabat tiga tahun sebagai Dubes RI untuk Mesir, sangat mendukung peran Indonesia dan melaksanakan kebijakan pemerintah terkait Palestina. “Indonesia juga berkomitmen untuk Palestina merdeka, sesuai dengan pembukaan UUD 1945,” ujar Nurfaizi. Menurutnya, PBB telah menghimpun dana seitar US$ 4,6 miliar untuk pemulihan kondisi Palestina pascaperang. PBB akan membangun infrastruktur yang rusak dan memberi modal bagi Palestina untuk bekerja melayani publik. “Namun bantuan itu masih sulit diterima Palestina, karena Israel masih menjaga akses masuk ke Palestinya,” ujarnya.